Oleh: Dr. Wididana )*
Ram Temple yang berlokasi di Ayodya memiliki sejarah panjang, dibangun pada abad ke-11, untuk penghormatan, pengabdian dan keyakinan kepada Prabu Rama, yang diyakini sebagai tanah suci kelahiran Prabu Rama sebagai avatara ke tujuh. Ram Temple (Ram Mandir) dihancurkan menjadi mesjid Babri di jaman kekuasaan dinasti Mughal pada abad ke-16.
Selanjutnya terjadi ketegangan antar agama untuk merebut temple tersebut dengan meratakan mesjid pada 1992, setelah melalui keputusan pengadilan Mahkamah Agung negara India, maka pada 2019, Ram Temple diserahkan kembali untuk dibangun dan mulai dibuka pada 22 Januari 2024. Ayodya yang terletak di Sungai Gaghara, yang dikenal dengan Sungai Serayu, di bagian timur Faizabad, di daerah tengah-selatan propinsi Uttar Pradesh.
Setiap hari, lebih dari lima ratus ribu umat datang berziarah ke Ram Temple, dan pada hari-hari tertentu jumlah umat yang datang mencapai beberapa kali lipat. Mereka yang datang dari berbagai golongan, tua-muda, kaya-miskin tanpa membedakan status, berjalan kaki dari luar temple, berbaris selebar bahu jalan 12 meter sepanjang 8 kilo meter. Dengan tertib mereka mengantre di barisan masing-masing, yang hanya sebagian kecil saja dari mereka bisa masuk ke dalam gedung utama.
Mereka yang tidak bisa masuk, cukup melihat dari kejauhan bangunan luar dari Ram Temple sambil mengucapkan doa, mencakupkan tangan, menunduk dengan mata berkaca-kaca penuh haru gembira. Mereka yang bisa masuk ke dalam gedung utama, berteriak dengan penuh semangat,”Jay Ram”, Jayalah Rama, sambil meneteskan air mata.
Berbagai ekspresi peziarah, dari gembira, lemas, menangis, haru, merinding, seolah emosi mereka lepas tak bisa diucapkan kata. Saya mendapatkan kesempatan masuk ke salam Ram Temple dengan penuh perjuangan tergencet di dalam barisan peziarah. Dari radius 300 meter saya merasakan bulu tangan dan kuduk berdiri, semakin dekat masuk ke dalam ruangan utama, badan terasa dingin dan ringan, setelah berada di dalam ruangan, yang hanya diperkenankan berdiri mencakupkan tangan sambil berdoa selama 30 detik, air mata tidak terasa menetes.
Saya kehilangan dimensi ruang dan waktu, entah terasa dimana, badan terasa melayang, sejuk dan sangat ringan. Setelah membungkukkan badan, saya memutar ke luar barisan menuju pintu keluar, memberikan kesempatan jutaan peziarah yang menunggu di barisan belakang.
Begitu kuatnya energi positif dari suatu tanah suci, bisa menyedot jutaan umat, seperti ada energi gravitasi spiritual, yang menarik mereka ke tempat itu.
Dari ekspresi muka, gestur tubuh mereka yang berhasil masuk ke ruangan Ram Temple, mereka juga merasakan hal yang saya rasakan, hal mistis spiritual yang tidak bisa dikatakan dengan seribu kata sekalipun. Perjalanan panjang mengantre dan berdesakan delapan kilo meter, terbayar lunas saat saya merasakan keindahan dan kedamaian getaran mistis spiritual yang saya rasakan pertama kali dalam hidup saya yang sudah mulai menua.linktr.ee/pakolescom
Dirut PT Karya Pak Oles Group )*