
Para petani hortikultura di Desa Songan kini mulai beralih menggunakan pupuk organik untuk meningkatkan kualitas hasil panen sekaligus menjaga kesuburan tanah. Langkah ini dilakukan seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya praktik pertanian yang ramah lingkungan.
Wayan Darmayuda, S.P.(46) salah satu petani di Banjar Ulun Danu, Desa Songan B, Kintamani, Bangli menerapkan pupuk organik dalam merawat tanaman hortikultura seperti tanaman bawang merah, kubis, cabai dan lainnya. Sosok pria enerjik yang sejak kecil telah mengenal pertanian ini memanfaatkan bahan alam sekitar untuk membuat pupuk organik berkualitas.
Suami Nyoman Yuliastini, S.P. mengatakan, sering temannya sesama petani berkunjung kelahannya untuk melihat hasil pertanian hortikultura yang selalu tubuh subur dan sehat. “Teman petani dari Kecamatan Susut sering berkunjung termasuk penyuluh dari badan standarisasi instrument pertanian (BISP) untuk berdiskusi, kebetulan disini ada sekretariat Kelompok Tani Kaldera Ulun Danu Mesari,” ujarnya.
Darmayuda mengungkapkan, meskipun tidak bisa dihindari produksi bawang itu harus menggunakan fungisida dan insektisida dalam menanggulangi serangan hama penyakit, namun ia tetap berusaha mengimbangi dengan menggunakan pupuk organik padat dan pupuk organik cair yang difermentasi dengan bioaktivator Effektive Microorganisme 4 (EM4).
“Saya membuat pupuk bokashi dengan bahan limbah ternak ayam di campur sisa panen sayuran. Selain itu juga membuat pupuk organik cair (POC) memanfaatkan libah buah-buahan seperti jeruk, tomat yang difermentasi menggunakan EM4 dibantu istri” ujar sosok ayah dua orang anak tersebut
Darmayuda mengatakan, penerapan organik pada tanaman hortikultura meskipun belum seratus persen ia bisa dilakukan, namun secara perlahan penerapan organik telah menunjukkan hasil yang sangat baik. “Lahan pertanian saya seluas 15 are tanahnya sangat gembur dan bila digali aka nada cacingnya, itu menandakan lahan sangat subur,” ujar Darmayuda yang menggunakan EM4 sejak 2019.https://linktr.ee/em4