Instruktur Effective Microorganisms (EM) pada Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali, Ir. I Gusti Ketut Riksa menilai, Prof. Dr. Teruo Higa, Guru Besar Bidang Hortikultura University of The Ryukyus Okinawa, Jepang tahun 1980 dengan menelitian selama 12 tahun sejak 1968, berkat beliau meliliki banyak pengalaman dalam bidang pertanian.
“Beliau sejak kecil hidup di bidang pertanian menjadi rektor pun di Fakultas Pertanian, dan pada ahirnya menemukan teknologi Effecive Microorganisms (EM), yang berarti beliau sangat banyak pengalaman dalam bidang pertanian,” Ir. Gusti Ketut Riksa yang juga Staf Ahli PT Songgolagit Persada yang didirikan oleh Direktur Utamanya Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr.
Salah seorang putra terbaik Bali, kelahiran Desa Bengkel Busungbiu, Kabupaten Buleleng, adalah Alumnus Faculty Agriculture Univerty of The Ryukyus Okinawa, Jepang (1987-1990) sekaligus agen tunggal untuk memproduksi dan memasarkan EM4 pertanian, EM4 perikanan, EM4 peternakan dan EM4 limbah ke seluruh daerah di Indonesia yang mendapat lisensi dari EMRO Jepang.
Sosok Prof. Dr. Teruo Higa kelahiran 15 Mei 1942 di Okinawa, Jepang, menurut Gusti Ketut Riksa, berbeda dengan orang-orang yang hanya mengenal teori tanpa pengetahuan praktis.
Gusti Ketut Riksa yang telah menjadi Instruktur EM sejak 1997 telah mencetak sektar 6 ribu petani organik berbasis EM dari berbagai daerah di Indonesia untuk diterapkan di darahnya masing-masing untuk menghasilkan bahan pangan yang sehat dan melimbah untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang cenderung semakin meningkat.
“Mungkin temuan-temuannya Prof Higa yang diterapkan lebih dari 130 negara di belahan dunia, mulai berasal dari ucapan-ucapan yang berbau dogmatis berubah jadi peribahasa berubah lagi menjadi filsafat dan akhirnya menjadi pengetahuan ilmiah yang menjembatani antara filsafat dengan Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), karena banyak temuannya yang menyebabkan saya terperangah,” tutur Gusti Riksa.
Ia menjelaskan, pada ahirnya banyak temuan Prof Higa yang cukup mengagumkan sehingga teknologi EM sangat terkenal ke seluruh pelosok dunia.
“Hal-hal itulah yang memberikan kesan husus terhadap diri saya. Yang saya kagumi lagi ialah cara mengembangkan temuan yang begitu masif sehingga teknologi ini sangat cepat dapat mengikat hati ilmuan dunia serta turut mendukung penelitiannya dengan membentuk lembaga-lembaga pengembangan dimasing-masing negara. Sekarang ilmu EM telah menjadi milik dunia,” tutur Gusti Riksa, pria energjik yang telah berusia 80 tahun, namun tetap menyenangi pertanian organik untuk menghasilkan bahan pangan untuk keluarga.https://linktr.ee/em4