Wisatawan mancanegara saat berkunjung ke Intitut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) di Desa Bengkel, Busungbiu, Buleleng.

Lembaga Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) yang didirikan Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr atau yang akrab disapa Pak Oles pada 1997 di Desa Bengkel, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng, Bali terbilang sukses menyedot perhatian dari berbagai kalangan terutama yang berkecimpung di bidang pertanian organik. Tidak hanya dari dalam negeri tapi juga luar negeri khususnya dari Negeri Jiran Malaysia, baik dari Lembaga pemerintah maupun swasta. 

Seperti yang disampaikan Kepala IPSA Bali, I Ketut Jadiasa, terhitung sejak 1997 hingga data terakhir jumlah peserta yang pernah mengikuti pelatihan pertanian organik terpadu di lembaganya mencapai sekitar 6.500 orang. Dari jumlah tersebut, 500 peserta di antaranya dari Malaysia termasuk dari kalangan pejabatnya setingkat walikota.

“Peserta yang dari Malaysia ada juga pejabat walikota yang pernah ikut pelatihan di sini (IPSA),” ujar Ketut Jadiasa. Mereka, kata Ketut Jadiasa, tertarik untuk mengembangkan teknologi EM (Effective Microorganisms) untuk mengembalikan ekosistem sungai di negaranya.

Dalam program pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan IPSA Bali sendiri menawarkan dua paket, yakni ada yang paket selama 3 hari dan ada yang paket 1 minggu. Kepada peserta diberikan materi yang mencakup bagaimana cara membuat pupuk organik bokashi, membuat pakan ternak, membuat pestisida alami, mendaur ulang limbah organic menjadi bahan yang bermanfaat, dan kunjungan lapangan ke petani organik.

Selain teori juga praktek termasuk kunjungan lapangan ke pertanian organik. Khusus yang paket 1 minggu ada tambahan tur wisatanya ke Kuta selama dua hari dua malam.

“Untuk berwisata dua hari ke Kuta, kita yang mengantarnya termasuk dengan tour guide-nya,” ujar Jadiasa. Dan ternyata paket 1 minggu banyak peminatnya, yang secara persentase mencapai sekitar 60 persen dari peserta secara keseluruhan. Sedang selebihnya peserta menginap di vila IPSA yang standar fasilitasnya setara dengan hotel bintang 3.

Untuk lebih memaksimalkan kemanfaatan fasilitas akomodasi IPSA, sejak 2019 dibuka untuk umum, artinya pelancong bisa menginap sekaligus menikmamti keindahan alam di lingkungan IPSA tanpa harus mengikuti program pelatihan pertanian organik.

“Ya lumayan wisatawan yang tertarik menginap di sini terutama asal Eropa, karena daya tarik alam di IPSA ini,” kata Jadiasa. Aktivitas wisata penunjang yang bisa dinikmati peloncong antara lain air terjun, treking dan juga termasuk ada cooking class.

Seperti diketahui, di areal IPSA terdapat tanaman rempah dan obat seluas 5 hektare, yang berfungsi sebagai kebun produksi untuk memasok kebutuhan bahan baku Industri Obat Tradisional (Jamu) Pak Oles. Di areal IPSA juga terdapat Industri Obat Tradisional Pak Oles, Industri Kopi Organik Bukit Hexon, Industri Teh Herbal Bukit Hexon, Industri Pupuk Hayati EM4, serta stasiun penyiaran Radio Hexon.https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini