Instruktur Effective Microorganisms 4 (EM4) pada Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali, Ir. I Gusti Ketut Riksa mengungkapkan, kebun percontohan (Demplot) pepaya jenis Kalina pernah viral di Bali dalam menyediakan buah-buah memenuhi kebutuhan wisatawan mancanegara yang menginap di hotel-hotel berbintang di Pulau Dewata.
“Dalam perkembangan berikutnya, pertani lahan sawah pun ikut-ikutan dimanfaatkan untuk mengembangkan tanaman pepaya jenis Kalina,” tutur Gusti Ketut Riksa yang melatih pertanian organik berbasis EM dari berbagai daerah di Indonesia untuk diterapkan di daerahnya masing-masing.
Ia menuturkan, petani tergiur mengembangkan pepaya jenis unggul karena keuntungan yang besar, cuma caranya kurang benar. Di lahan sawah bibit pepaya langsung ditanamnya tanpa menembus cadas sebagai tapal bajak yang ada di bawah solum tanah.
“Sebagai akibatnya banyak tanaman pepaya mati kekuningan, akibat akarnya terendam air di musim penghujan, padahal waktu tanaman masih kecil sempat penampilannya sangat memukau, sehingga banyak orang datang melihatnya,” ujar Gusti Ketut Riksa.
Seyogyanya petani sebelum menanam bibit pepaya, terlebih dulu membuat lubang tanam sampai menembus cadas. Tanamlah agak dalam dan isikan pupuk organik padat secukupnya dengan sentuhan teknologi Effective Microorganisms 4 (EM4).
Setiap menyiang tanaman pepayanya dibumbun sehingga tanaman kelihatannya di atas guludan. Air hujan maupun air irigasi akan bebas meresap ke dalam tanah.
Yang lebih baik lagi, setiap minggu tanaman pepaya kalina itu dikocor dengan bokashi cair. Inilah cara yang benar jika menanam pepaya di lahan sawah, tentu akan menghasilkan buah yang bagus, ukuran besar-besar dan manis, harap Gusti Ketut Riksa.https://linktr.ee/em4