Petani di Desa Beteng, Kecamatan Jatinom, dilatih memanfaatkan kotoran hewan menjadi pupuk. Pelatihan yang diselenggarakan Diskominfo Jateng ini merupakan bagian dari program Satu OPD Satu Desa Dampingan, guna mengentaskan warga dari jurang kemiskinan.
Sekretaris Dinas Komunikasi dan Informatika Hermoyo Widodo mengatakan, pelatihan ini ditujukan agar petani mengetahui manfaat pupuk organik. Selain itu, dengan pemupukan organik harga sayuran yang dihasilkan lebih mahal.
Untuk itu, pada pelatihan ini Diskominfo Jateng menggandeng Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Jawa Tengah. Pada acara tersebut juga diserahkan bibit jahe Jewot sebanyak 100 kilogram, dan 5.400 bibit cabai ORI.
“Hari ini diajarkan pembuatan pupuk yang tidak terlalu rumit. Karena terkadang pupuk (kimia subsidi) kan langka dan mahal. Dengan pengetahuan ini diharapkan petani mengetahui bahwa limbah ternak bisa dijadikan pupuk,” ujarnya, di Balai Desa Beteng.
Pada pelatihan tersebut petani diajak membuat pupuk secara sederhana namun efektif. Petani diperkenalkan dengan “EM4” cairan pengurai kotoran hewan, yang bisa didapat di toko pertanian dengan harga murah.
Fungsional tertentu Pengawas Mutu Hasil Pertanian Disnakkeswan Jateng Dwi Sutji mengatakan, untuk bisa membuat pupuk organik, petani memerlukan tempo sekitar dua minggu. Bahan yang diperlukan antara lain wadah berupa drum plastik, bakteri pengurai kotoran, bekatul, gula merah atau molase.
“Bahan baku limbah kotoran hewan tidak memberatkan petani. Nanti bisa digunakan pada pekarangan masing-masing. Dengan ini pangan yang dihasilkan jadi sayur yang aman dan bebas dari pupuk organik,” ungkapnya.
Petani Desa Beteng, Sudana mengatakan, selama ini mereka memanfaatkan kotoran hewan secara manual. Namun, hal itu dirasakan kurang efektif.
“Bedanya ya kalau dengan pelatihan ini diajarkan bagaimana bisa lebih efektif memanfaatkan pupuk dari kotoran hewan. Kalau kami masih pakai pupuk kimia, tapi dengan pelatihan ini mudah-mudahan bisa mengurangi pembelian pupuk buatan,” urainya.
Kades Beteng Prapta Sugiyarta mengaku antusias dengan kegiatan ini. Ia menyebut, setelah petani mengetahui langkah pembuatan pupuk organik, pemerintah desa akan melakukan dukungan berupa pembuatan sentra kompos.
“Minimal bisa menyerap ilmu dari Disnakkeswan. Ke depan, bisa kita fasilitasi dari dana desa, kita bikin rumah kompos,” pungkas Prapta. (Pd/Ul, Diskominfo Jateng).https://linktr.ee/em4