Minyak herbal yang masuk katagori minyak herbal jamu kini menjadi salah satu produk andalan Bali yang sangat diminati warga lokal di Pulau Dewata, nasional dan mancanegara, bahkan bisnis itu kini menarik minat banyak pihak untuk terjun ke dalamnya, termasuk orang super kaya (crazy rich).
Salah satu bisnis saat pandemi yang bisa bertahan adalah minyak herbal. Permintaan pun terbilang stabil, sebagai bukti, tidak ada usaha herbal yang merumahkna karyawan saat pandemi, bahkan terus membuka lapangan pekerjaan, sebab produk herbal selain untuk kesehatan kini minyak herbal juga dijadikan cinderamata khas Bali.
Beragam merek minyak herbal pun bertebaran di daerah tujuan wisata ini. Dari Minyak Bokashi, Minyak Kutus-Kutus, Varash, Minyak Belog hingga Usadaa Barak. Naiknya pamor minyak herbal di Bali tentuk tidak bisa lepas dari sosok Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr, pionir dunia minyak herbal di Bali sejak 25 tahun silam merintis usaha minyak herbal yang diciptakan berdasarkan resep dari sang nenek Dadong Bandung di Desa Bengkel, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng.
Dibantu dengan teknologi Effective Microorganisme (EM) yang menjadi bidang keahlian jebolan Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa, Jepang. “Semua itu butuh proses dan keseriusan terhadap pengembangan herbal, saat itu kami ingin ada herbal dari Bali untuk nusantara,” katanya saat berbincang degan wartawan Radar Bali.
“Saat itu produk herbal atau jamu apapun jenisnya yang dikenal adalah produk dari Jawa atau Madura,” imbuh dia. Berdasarkan tekad tersebut berdirilah PT Karya Pak Oles Tokcer pada tahun 1997. Awal dihadirkan produk Panca Bokashi yang terdiri dari Minyak Oles Bokashi, Minyak Tetes Bokashi, Madu Geruh Bokashi dan Bokashi Care Rool On Aromateraty .
“Kami kembangkan Bokashi dengan teknologi dari Jepang. Jadi, tak hanya berdasarkan lontar atau data dari turun temurun yang dipadukan dengan sains, ada bukti ilmiah dari manfaatnya sehingga masyarakat mulai mengenal produk kami,” paparnya.
Alhasil hingga saat ini permintaan akan Produk Bokashi pun bisa bertahan. Ini juga didukung dengan tim yang solid, untuk produk herbal kami ada dari varian madu, minyak, krim atau balsem. Dari pengobatan, kecantikan, ada juga untuk binantang kesayangan (Minyak Rajas). Selain itu juga memproduksi EM4, pupuk hayati untuk pertanian, peternakan, perikanan dan pengolahan limbah, imbuhnya.
Selain dengan cara konvensional penjualan pun dipadu dengan olnine. “Saat pandemi permintaan tetap stabil. Bahkan untuk minyak, pupuk organik Bokashi Kotaku dan EM4 saat pandemi mengalami lonjakan. Sebab, masyarakat suka akan produk herbal dan juga berkebun.” Sebutnya.
Yang tak kalah menarik, Pak Oles pun mengakui, begitu enjoi di bisnis herbal ini. Selain bisa mengangkat potensi daerah. Seperti ikut mensejahterakan petani, maupun peternak untuk ketersediaan bahan. Selain itu pun membuka lapangan kerja dalam arti luas. Selain itu, dia membangun Pusdikalat teknologi EM (Institut Pengembangan Sumber Daya Alam-IPSA) sebagai pusat pendidikan dan penelitian teknologi EM di Desa Bengkel, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng.
Demikian juga Pak Oles Green School di Jalan Waribang, Kesiman Denpasar timur sebagai sumbangsih pengenalan tentang beragam tanaman herbal, pertanian, maupun peternakan organik kepada generasi muda. linktr.ee/pakolescom #pakoles #minyakbokashi