Sujati, mantan dosen Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) asal Desa Sardonoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, memanfaatkan urine sapi untuk membuat pupuk organik cair untuk menyuburkan berbagai jenis tanaman di kebunnya.
Sosok pria enerjik sejak menjalani purna tugas (pensiun) dari tugas dan tanggung jawabnya sebagai.
dosen metologi penelitian dan statistika sejak Januari 2023 itu, lebih konsentrasi sebagai praktisi (pelaku) ke bidang pertanian dan perkebunan.
Sujati yang akrab disapa Jati menceritakan bahwa, urine sapi mengandung unsur unsur hara yang dibutuhkan tanaman diantaranya mengandung Nitrogen 1%,Phospor 0,5%,Carbon 1.1%, air 92% dan berbagai zat yang berguna bagi kehidupan tanaman.
“Setelah urine tersebut diolah atau difermentasi selama 28-31 hari kandungan unsur hara tersebut meningkat unsur Nitrogen menjadi 2,7%, Phospor bertambah 2.4% dan unsur kalium menjadi 3.8 %,” jelasnya
Ia juga telah mempratekan pengolahan urine sapi dengan mengunakan tong plastik yang diisi berbagai bahan diantaranya urine sapi 20 liter, gula merah 1 kg, berbagai jenis empon-empon (lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur) masing-masing 0,5 kg , Effective Microorganisms (EM4), dan air lima liter.
“EM4 merupakan bahan yang membantu mempercepat proses pembuatan pupuk organik dan meningkat kualitas hasil pupuk organik,” jelas Sujati. Setelah proses pembuatan selama satu bulan baru pupuk cair tersebut bisa dimanfaatkan. Ia telah memanfaatkan pupuk cair untuk memupuk tanaman buah-buahan di antaranya tanaman nangka, duren, advokat dan mangga.
Penampilan tanaman setelah diberi pupuk organik cair tampak daun hijau, berbunga lebat dan sehat. Karena penggunaan pupuk cair hasil ramuan tersebut selain dapat meningkatkan kesuburan tanah juga dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama.
Sebagai catatan penggunaan pupuk organik cair juga dianggap lebih minim patogen dibandingkan dengan menggunakan kotoran atau faeses sebagai pupuk organik. Berdasarkan fakta tersebut ternyata pupuk organik cair yang berasal dari urine sapi juga memiliki peluang yang sama untuk meningkat kesuburan tanah.seperti yang diulas www.infopublik.id
Hal itu menarik perhatian dan mendapat apresiasi dari mantan Kepala Dinas Pertanian Blora Bambang Sulistya ketika bersilaturahmi ke rumah Sujati. Diungkapkannya, alangkah hebatnya kalau gerakan penggunaan pupuk organik di Kabupaten Blora tidak hanya terbatas mengolah kotoran atau feses sapi saja akan tetapi juga bisa memanfaatkan air kencing sapi yang selama ini masih belum mendapatkan perhatian istimewa sebagai bahan pupuk organik cair.
“Termotivasi sebuah ungkapan bijak, tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina dan sesungguhnya menuntut ilmu adalah kewajiban atas setiap orang,” ungkap Bambang Sulistya yang juga mantan Sekda Blora.https://linktr.ee/em4