Oleh: Ir. I Gusti Ketut Riksa *)
Saat mengeluarkan daging dari lemari pendingin (kulkas), terlebih dulu dibagi dua, satu bagian direndam dengan air berisi Effective Microorganisms 4 (EM4) dan lainnya direndam dengan air tanpa EM.
Bagi ibi-ibu yang citarasanya tajam, kedua bagian dari daging itu dapat dibedakan aromanya, daging yang direndam dengan EM akan terasa lebih segar dibandingkan dengan yang tanpa EM.
Hal ini disebabkan karena energi hidup atau prana yang dibawa oleh EM merasuk ke dalam daging sehingga daging yang sudah tersimpan lama seolah-olah menjadi segar kembali.
Lain lagi pendapat Prof Higa, bahwa daging yang direndam EM mendapatkan tambahan antioksidan dari mikroba EM, dengan demikian daging itu menjadi lebih segar.
Setelah itu siapkan bumbunya dan bumbu ini juga dibagi dua untuk masing-masing bagian daging, kemudian barulah daging itu dimasak sendiri-sendiri.
Setelah dimasak daging yang sebelumnya direndam dengan EM akan jauh lebih nikmat, dibandingkan dengan tanpa EM, dan yang mengherankan lagi masakan ini lebih awet dari yang tidak direndam EM.
Dengan perkataan lain bawa makanan yang tidak direndam EM lebih cepat basi. Dapat disimpulkan bahwa daging yang direndam dengan EM dari mentah sampai masak memperoleh tambahan energi hidup dari EM.
Demikian juga bila akan menyemai biji-bijian seperti padi, kacang-kacangan, mentimun, terung dan lain-lain. Sebaiknya biji-biji ini direndam dulu dengan EM aktif yang telah diencerkan dengan air, cukup dengan konsentrasi 1%.
Biji kecil seperti terung dan bayam, direndam selama dua jam, biji yang lebih besar seperti kacang tanah, jagung, kedelai, padi sekurang-kurangnya selama setengah hari, kemudian barulah biji-biji itu disemai.
Biji-biji yang telah direndam tadi pertumbuhannya akan seragam/serempak, lebih berenergi/turgor berkat adanya hormun, enzim dan viamin yang dihasilkan oleh EM, saya tambahkan lagi dengan adanya resapan energi hidup/prana seperti yang telah saya sebutkan di atas.https://linktr.ee/em4
*) Staf Ahli PT Songgolangit Persada dan Instruktur EM4 pada Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali.