Seorang pembudidaya ikan nila di Desa Punikan, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) Sutarwadi mengaku mengembangkan usaha secara mandiri mulai dari pengadaan benih, pengolahan lahan, penebaran dan perawatan, memanen hingga memasarkan hasil.
“Lahan seluas 75 are yang terdiri atas enam petak kolam yang tertata rapi selalu bersih ditaburi benih ikan nila 125.000 ekor berkat sentuhan probiotik Effective Microorganisms 4 (EM4) dapat dipanen dalam waktu lima bulan dengan berat rata-rata seekor satu kilogram,” tutur Sutarwadi ketika menerima kunjungan tim youtube EM INDONESIA OFFICIAL PT Songgolangit Persada dari Bali yang memproduksi EM4.
Kunjungan tim tersebut dipimpin Kepala Pemasaran PT Songgolangit Persada Cabang Bali , Irkham Rosidi didampingi marketing Dewa Suriada, Manajer Pak Oles Green School, Ir. Koentjoro Adijanto, Putu Wirnata dan Made Astawa.
Sutarwadi, sosok petani ikan Nila yang ulet dan pekerja keras itu mengaku, menggunakan probiotik EM4 perikanan sejak empat tahun terakhir mampu mempercepat pertumbuhan ikan. Disamping itu juga dapat menghemat pakan hingga 2-3 persen.
“Dengan mengembangkan usaha budidaya ikan nila secara mandiri, maka hasil panennya saya jual berapa suka-sukanya saya. Saat panen saya jual untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi masyarakat sekitarnya dengan harga Rp25.000/kilogram, dagangan ikan nila laris manis karena dalam waktu singkat habis diserap pasar setempat,” tutur suami dari Eny Priastini.
Ia menuturkan, sebelum menggunakan sentuhan EM4 perikanan, perawatan ikan nila sampai panen membutuhkan waktu selama enam bulan dengan berat 4-5 ekor beratnya hanya satu kilogram.
Namun setelah menggunakan EM4 perikan sejak empat tahun terakhir masa pemeliharaan hanya membutuhkan waktu 4,5 sampai 5 bulan dengan berat seekor rata-rata satu kilogram.
“Jadi dengan menggunakan EM4 perikanan usaha budidaya ikan nila dapat mempercepat proses produksi, produk yang melimpah, hasil pengembangan budidaya perikanan organik, sehingga rasanya gurih, nikmat terhindar dari bau amis dan bau lumpur itu menurut pengakuan konsumen yang membeli ikan hasil pengembangan budidaya yang saya lakukan,” tutur Sutarwadi.https://linktr.ee/em4