Effective Microorganisme (EM) yang pertama kali ditemukan Prof. Dr. Teruo Higa, guru besar bidang Hortikultura University of The Ryukyus Okinawa, Jepang tahun 1980 yang berkembang di berbagai negara di belahan dunia, termasuk di Indonesia semakin maju menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakat setempat.
Staf Ahli PT Songgolangit Persada (SLP), Ir. I Gusti Ketut Riksa menjelaskan, “EM adalah teknologi yang mudah, murah, hemat energi, ramah lingkungan dan berkelanjutan awalnya diadopsi dari Jepang ke Indonesia oleh sosok Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr, pelopor pertanian organik Indonesia setelah menyelesaikan Program Pendidikan Pasca Sarjana (S-2) Faculty Agriculture University Of The Ryukyus Okinawa, Jepang tahun 1990 saat kembali pulang ke Indonesia dengan mengantongi sertifikat EM sekaligus membawa lisensi mendirikan pabrik EM di Indonesia.
Ia mengatakan, kondisi tahun 1990 atau 33 tahun yang silam itu tidak memungkinkan untuk mengembangkan teknologi baru tanpa memiliki pabrik. Setelah pabrik EM pertama didirikan di Bojong Gede, Bogor, Jawa Barat dan berproduksi dengan baik dan lancar.
Kegiatan pengembangan teknologi ramah lingkungan diawali dengan pengenalan teknologi dan formula EM, membuat leaflet, menyebarkan brosur, membuat proyek percontohan (denplot), mengadakan diskusi melibatkan berbagai kalangan, menberikan pelatihan dan penyuluhan kepada para petani dan masyarakat luas.
Direktur Utama PT Songgolangit Persada (SLP), Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr, sosok pria enerjik yang akrab disapa Pak Oles banyak kalangan menilai, telah melakukan terobosan dan pola baru dalam memproduksi dan memasarkan EM4 ke seluruh Nusantara dengan membentuk kelompok tani, kelompok ternak, kelompok ikan dan mengajak para tokoh yang dinilai kooperatif untuk bersama-sama mengembangkan teknologi EM di Indonesia.
Pabrik EM yang awalnya hanya satu unit didirikan di Bojong Gede, Jawa Barat kini berkembang menjadi empat unit pabrik yang terdiri atas dua unit di Jawa dan dua unit lagi di Bali, seluruhnya sudah mengalami perluasan untuk meningkatkan kafasitas produduksi mengantisipasi peluang bisnis pupuk organik yang semakin berpeluang dan memberikan harapan baru untuk menghasilkan bahan pangan yang aman, nyaman dalam memenuhi kebutuhan pangan yang semakin meningkat.
Pengalaman menggunakan teknologi EM di Indonesia selama 33 tahun menunjukkan bahwa bahan-bahan organik bisa dengan cepat menjadi pupuk organik melalui proses fermentasi EM4, sedangkan untuk tingkat dunia dikenal dengan EM1.
EM4 di Indonesia diperkenalkan sejak tahun 1993 yang dimulai dari proses pengurusan izin, penelitian, pendidikan dan pelatihan bagi para petani dan masyarakat umum tentang EM4. Bersamaan dengan itu berdiri PT Songgolangit Persada untuk memproduksi dan memasarkan EM4 pertanian, EM4 perikanan, EM4 peternakan dan EM4 limbah.
Teknologi EM berkembang sangat pesat, berkat diterimanya oleh masyarakat luas tentang pembangunan dan pengembangan pertanian organik, karena teknologi EM mendukung menyukseskan pelaksanaan pertanian organik.
Indonesia dalam menggunakan teknologi EM sangat multi dimensi karena memiliki wilayah yang sangat luas, dari Sabang sampai Meraoke, sehingga menempati posisi terdepan dalam memanfaatkan pupuk organik ramah lingkungan dibanding negara lainnya.
Gusti Ketut Riksa yang juga Instruktur EM pada Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali di Desa Bengkel, Busungbiu, Kabupaten Buleleng menjelaskan, Selain bakteri fotosynthetik teknolgi Effective Microorganismes (EM) juga diperkuat dengan bakteri alam lainya seperti Actinomycates, Ragi, Jamur fermentasi dan Lactobacllus, sehingga mampu memberikan dampak lebih besar dan cepat.
Semua bakteri-bakteri tersebut dibuat dalam bentuk i dorman sehingga dapat disimpan tahan lama dan akhirnya dapat diaplikasikan dalam setiap aspek kehidupan manusia. Teknologi EM sebenarnya teknologi alam yang telah mendapat sentuhan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), sebagai teknologi alam tentulah tidak akan berefek negatif.
Meskipun telah dinyatakan bakteri fotosynthetik mempunyai kekuatan yang menakjubkan, namun seperti diketahui bahwa di bumi ini tidak ada yang kekal, semuanya akan berubah, bakteri baik akan berusaha mengembalikan semua benda kebentuk aslinya namun bakteri jahat bekerja kearah pelapukan (deteorasi), oksidasi dan kematian.
Teori alam mengatakan keduanya bekerja menuju keseimbangan, atau menuju kepada bentuk aslinya, namun oksidasi dan kematian itu tidak dapat dihindari. Yang kita kehendaki jangan sampai dengan sengaja kita melakukan sesuatu yang merusak keseimbngan alam. Bentuk aslinyapun pasti akan mengalami perubahan, karena lahir hidup dan mati adalah hukum alam yang berlaku di dunia fisik ini.
Hanya benda-benda hasil industri yang kita ketahui bentuk aslinya, yakni saat benda tersebut keluar dari pabriknya, dan produksi pabrikpun tidak semuanya sama. Iptek berusaha menemukan bentuk asli dari semua benda, upaya inipun mengalami keterbatasan. Dibidang pertanian kita ingin menemukan produksi potensial dari tanaman budidaya meskipun produksi potensial itu ditentukan oleh ruang dan waktu, untuk hal ini sang waktulah yang akan menentukan temuan-temuan tersebut.
Prof. Higa beserta stafnya telah menemukan padi yang mampu berprodukasi 75 ton setara beras sehektarnya, jagung yang bertongkol 8 pertanaman, tomat cerry yang berbuah lebih dari 300 buah sepohonnya, tanaman terong yang buah 4 biji setiap ruasnya, inipun bukanlah produksi potensial karena Iptek selalu berusaha menemukan yang lebih lagi. Tentulah produksi itu tidak diperoleh dengan mudah, namun melalui banyak tahapan percobaan.
Dengan menutupi semua sagmen yang masih berada dalam kondisi minimum, barulah akan mencapai produksi yang lebih dari sebelumnya. Dengan bersaranakan EM4 dapat melakukan percobaan-percobaan untuk menemukan bentuk asli dan keseimbangan alam itu sendiri agar alam dan segenap isinya sesuai dengan harapan, tutur I Gusti Ketut Riksa.https://linktr.ee/em4