Pertanian organik semakin diminati kalangan milenial yang sifatnya lebih ramah lingkungan.

Seorang Praktisi Pariwisata, Ida Bagus Ketut Oka mengungkapkan, generasi milenial setelah menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) mulai tertarik mengembangkan pertanian organik berbasis teknologi Effective Microorganisms (EM) yang dapat diterapkan dalam bidang pertanian, perikanan dan peternakan.

“Bertani organik bagi anak-anak muda itu memiliki banyak keistimewaan, karena sekaligus dapat melanjutkan pendidikan ke Universitas Terbuka (UT) pertanian,” Kata Ida Bagus Ketut Oka, seorang pelaku pariwisata sukses dari Sanur, Denpasar yang belakangan tertarik mengembangkan kebun jeruk organik di Penelokan, Kintamani, Kabupaten Bangli.

Pertanian organik mampu menghasilkan bahan pangan yang aman untuk dikonsumsi dan meningkatkan umur harapan hidup yang kini menjadi dambaan hampir seluruh umat manusia di belahan dunia.

Ia menekankan, anak-anak muda yang tertarik mengembangkan pertanian organik itu agar dapat difasilitasi dan mendapat dukungan dari semua pihak, dengan harapan pengembangan pertanian organik di Indonesia secara bertahap mampu berkembang.

“Dengan sentuhan EM dapat memanfaatkan sampah-sampah organik, limbah pertanian, kotoran ternak untuk dipermentasi menjadi pupuk organik guna menyuburkan tanaman,” tutur Ida Bagus Oka yang sudah membuktikan keunggulan pupuk organik sentuhan EM tersebut.

Proses dalam menggeluti pertanian organik itu menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi anak-anak muda, mendukung proses pendidikan di Universitas Terbuka (UT) yang mutu dan kualitasnya tidak kalah dengan lembaga pendidikan tinggi lainnya.

“Jadi anak-anak muda yang menggeluti pertanian organik itu dapat memanfaatkan waktunya dengan baik untuk menghasilkan bahan pangan yang aman dikonsumsi, sekaligus pengalaman yang sangat berharga untuk kelangsungan pendidikannya,” ujar Ida Bagus Oka.

Ida Bagus Oka mengembangkan kebun jeruk organik pada hamparan seluas 2,4 hektar ditanami 1.600 pohon jeruk terdiri atas tujuh jenis antara lain jeruk siam, jeruk selayar, jeruk peras, jeruk nipis dan lemo. Jeruk ditanam secara terpadu (tumpang sari) dengan cabai, kool dan jenis sayur mayur lainnya.

Jeruk sentuhan EM pertanian itu ukurannya menjadi besar-besar, kulitnya mulus, rasanya manis, airnya banyak sehingga pemasarannya diserap oleh supermarket dan toko buah-buahan segera di Denpasar dan kabupaten lainnya di Bali.

Jeruk dalam lahan seluas 50 are (setengah hektar) yang berisi 400 pohon berkat pemeliharaan yang intensif mampu menghasilkan dua ton jeruk dan panen berikutnya meningkat dua kali lipat bahkan lebih bisa mencapai lima ton, tutur, Ida Bagus Oka.https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini