Manusia Hidup Berdampingan Dengan Mikroba

0
86
I Gusti Ketut Riksa saat menyampaikan materi dalam Seminar Pertanian Organik Dengan Teknologi EM4 melalu zoom.

Staf Ahli PT Songgolangit Persada, Ir. I Gusti Ketut Riksa  menilai, makluk hidup kasat mata yang lazim disebut mikroba menjadi perhatian dunia, berkat memiliki kemampuan dan kehebat yang luar biasa.

“Manusia, tanaman dan hewan dapat melangsungan hidup dan kehidupan berkat mikroba. Bumi bisa hidup juga  berkat  mikroba dan kehidupan mikroba ditemui di mana-mana,” kata Gusti Ketut Riksa yang juga Instruktur Effective Microorganisms (EM) pada Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali.

Ia mengatakan, mikroba bisa ditemukan di semua permukaan kulit bumi, bahkan dalam tubuh manusia mikroba secara bersama-sama membentuk semua kehidupan.

Mikroba dapat hidup pada suhu yang tinggi, suhu rendah maupun pada kadar garam yang tinggi. Dalam setiap mili liter kubik udara terdapat 1000-100.000 mikriba dan di tangan manusia ada 100.000 sampai 1 juta mikroba, di usus manusia jumlahnya mencapai 100 triliun mikroba, mulut manusia 10 biliun mikroba dan dalam 1 kilogram tanah terdapat 1 juta- 1 biliun mikroba.

Di bumi terdapat sekitar 3 juta spesies makluk hidup. Manusia adalah salah satu dari 4.300 spesies mamalia. Sedangkan kelompok mamalia kurang dari 0,1 persen terhadap hewan lain.

Gusti Ketut Riksa menjelaskan, manusia itu hidup di tengah-tengah lautan mikroba dan berperang melawan mikroba sudah saatnya diakhiri dan diganti dengan hidup berdampingan dengan mikroba.

Zaman dulu memang bila berbicara mikroba asosiasinya selalu pada baksil menjadi penyakit manusia. Sekarang dikenal dengan pemilahan mikroba berdasarkan dampaknya terhadap kesehatan manusia, yakni yang baik (berguna), mikroba yang merugikan lebih dikenal dengan sebutan pathogen dan mikroba yang bersifat netral.

Mikroba yang baik bekerja sesuai proses fermentasi dan yang merugikan beraktivitas sebagai bakteri pembusuk. Dalam keseimbangan semua jenis mikroba yang membentuk kehidupan di bumi. Tubuh manusia merupakan bagian dari sistem alam dan usus sebagai penghubung diantara keduanya.

Hiromi Shinya, seorang ahli gastroenterology asal Jepang mengungkapkan, dalam usus manusia terdapat 20 persen mikroba bermanfaat, 30 persen mikroba berbahaya dan 50 persen mikroba yang netral.

Mikroba yang bersifat tersebut dapat berubah-ubah yakni berguna dan bisa juga membahayakan jika kondisi lingkungan tempat hidup mengalami perubahan.

Mengkonsumsi makanan hasil fermentasi seperti tempe, tape dan sebagainya dapat mempertahankan mikroorganisme netral dan tetap menguntungkan dalam tubuh, yakni tidak berubah menjadi pathoten yang membahayakan kesehatan bagi tubuh manusia, kata Gusti Ketut Riksa.https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini