Staf Ahli: Matahari dan Bumi Sumber Kehidupan Umat Manusia

0
97
I Gusti Ketut Riksa Staf Ahli PT. Songgolangit Persada, menunjukkan produk EM4 untuk pertanian.

Staf Ahli PT Songgolangit Persada, Ir. I Gusti Ketut Riksa menilai, matahari dan bumi merupakan sumber dari kehidupan umat manusia makluk hidup dan tumbuhan lainnya, mengingat peranan dan fungsinya yang sangat strategis banyak suku bangsa menyebutnya sebagai ketuhanan bumi dan ketuhanan matahari.

“Makanan nabati mentah merupakan bentuk yang paling murni karena matahari telah membantu butir-butir hijau daun untuk memasak air dan CO2 menjadi karbohidrat sebagai makanan primer makluk hidup,” kata Gusti Riksa yang juga Instruktur Effective Microorganisme (EM) pada Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali.

Ia mengatakan, karbohidrat bikinan alam itu jelas mengandung daya hidup. Daya hidup hanya dapat diperoleh dari makanan yang masih hidup atau makanan yang sedikit saja mengalami pengolahan.

Semakin dekat dengan bentuk alaminya semakin banyak energi hidup yang dikandungnya. Bahkan makanan sinar matahari memiliki daya penyembuhan dalam tanaman  yang menyimpan energi elektromagnetik sinar matahari dalam sel-sel yang merupakan komponen tesembunyi yang dapat memelihara kesehatan manusia.

Besar kecilnya energi itu tidak dapat diukur oleh manusia. Manfaat buah-buahan dan sayuran serba mentah diyakni para praktisi yoga dan meditasi untuk mencerahkan mental.

Sebagian besar buah paling baik dikonsumsi dalam kondisi mentah, sayuran dalam bentuk salad juga baik untuk dikonsumsi.

Gusti Ketut Riksa menambahkan, manusia mengenal banyak sumber energi, termasuk benda-benda mati yang memiliki energi minimal dalam bentuk  ahesi dan kohesi.  Logam  juga memiliki medan magnet dengan kekuatan yang cukup besar yakni daya tarik dan daya tolak.

Dari energi tersebut manusia dapat menghasilkan listrik yang sangat bermanfaat bagi kehidupannya. Sumber energi lain berupa panas bumi, fosil yang dapat diperbaharui, matahari, angin, gelombang laut bahkan energi baru terbarukan (EBT).

Semua itu energi hidup yang dikenal dengan “life power” tentu tidak sama dengan ahesi, kohesi, energi listrik dan sebagainya. Energi hidup dikenal dengan kehebatannya oleh para pemikir besar sejak dulu, namun para ahli gizi sekarang belum memasukkan dalam program pangan dan gizi.

Banyak bahan makanan yang cepat kehilangan daya hidup seperti daging dan ikan, namun bahan makanan nabati dapat bertahan dalam waktu jauh lebih lama.

Makanan menyediakan dua jenis energi, energi pertama yakni penjumlahan dari energi yang bersifat fisik, hasil dari proses pencernaan makanan, tutur Gusti Ketut Riksa.https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini