Pembangunan pertanian perkotaan (urban farming) dengan mengembangkan peternakan skala rumah tangga yakni memelihara ayam berkisar untuk menyalurkan hobi (kesenangan) ternyata bisa mengarah pada usaha bisnis. karena harganya menggiurkan mencapai Rp6 juta per ekor.
“Ayam kampung yang dikawinkan dengan ayam hutan asli Bali atau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) peranakanya disebut ayam bekisar mempunyai suara yang merdu oleh para penggemar (pencinta) dihargai Rp6 juta bahkan lebih,” kata Pakar Pertanian Organik, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr yang akrab disapa Pak Oles.
Ia yang juga Direktur Utama PT Songgolangit Persada mengungkapkan hal itu pada seminar zoom mengusung tema “Pengembangan Pertanian Perkotaan” yang digelar Fakultas Pertanian Universitas Nasional (Unas) Jakarta, Rabu (12/10).
Dr. Wididana yang juga akademisi Universitas Nasional Jakarta dalam webinar yang dipandu dosen Unas Ir, Inkorena GS Sukartono, M.Agr menjelaskan, beternak ayam bekisar kini mulai ditekuni sejumlah masyarakat di Kota Denpasar dan sekitarnya dengan penghasilan yang cukup lumayan.
Usaha peternakan skala rumah tangga di perkotaan bagi penggemar dengan harga umumnya bervariasi Rp350.000 sampai Rp500.000 per ekor, dan jika ternak piaraan itu memiliki suara yang merdu laku nilainya berjuta-juta.
Beternak ayam bekisar dalam kandang yang didasari atas kesenangan (hobi) juga harus memiliki ketekunan, disiplin memelihara dan merawatnya hingga berkembangbiak dan menghasilkan ternak yang bersuara merdu.
Kotoran dari ternak ayam berkisar dapat dikumpulkan menjadi pupuk organik setelah difermentasi dengan pupuk hayati Effective Microorganisms 4 (EM4) dalam wadah tertutup selama tiga minggu.
Pupuk organik tersebut untuk menyuburkan tanaman hias maupun jenis tanaman sayur mayur, cabai, tomat, mentimun, buah-buahan dan jenis tanaman keperluan dapur lainnya.
Dengan usaha sampingan dari kesenangan terhadap ayam bekisar dapat berkembang menjadi kegiatan bisnis yang menguntungkan serta mampu menghasilkan pangan untuk keluarga, ujar Pak Oles.