Upaya kaum milenial menggelar pelatihan “Buatlah jamumu sendiri” dari bahan-bahan yang mudah dan murah diperoleh dari lingkungan sektarnya, bisa menular dan terus berkesinambungan kepada anak-anak muda lainnya di Indonesia.
“Upaya itu mendorong masyarakat Indonesia untuk hidup sehat dengan memanfaatkan potensi, kekayaan alam dan tradisi minum jamu,” kata Ni Made Sinarsari, A.Md. Keb.S. Ker. H. MSI, dosen Fakultas Yoga Kesehatan Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar di Kang Zanger Bokshi Farm, Denpsar Timur, Sabtu (8/10/22).
Ia mengatakan hal itu ketika tampil sebagai pembicara pada pelatihan yang mengusung tema “Buatlah Jamumu sendiri” dari bahan yang mudah dan murah diproleh dari lingkungan sekitar yang melibatkan puluhan kalangan milenial.
Lewat pelatihan membuat jamumu sendiri yang digagas Kepala Unit Digital Marketing PT Karya Pak Oles Tokcer, Wibhuti Emriko B.Sc., M.Sc itu diharapkan mampu menggugah kembali anak-anak muda, ibu muda dan sebayanya untuk sehat dengan cara alami.
Ia menjelaskan, jamu memiliki khasiat tergantung dari jenis bahan yang digunakan, kali ini pihaknya memberikan keterampilan menggunakan tujuh jenis ramuan untuk jamu atau loloh kepentingan seminggu.
Jamu tersebut terdiri atas jamu jahe pandan, jahe madu. wedang uwuk, bir jawa, wedang pandan, wedang secang dan sedang pandan wangi. Manfaat semua jenis minuman tradisional yang dapat diminum secara bergantian setiap hari dalam waktu seminggi untuk melancarkan peredaran darah dan meningkatkan imun tubuh.
“Kalau peredaran darah lancar dalam tubuh otomatis kita akan kuat dan ketujuh loloh itu mempunyai manfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh,” ujar Ni Made Sinarsari yang senantiasa memotivasi anak-anak muda untuk menjual jamu.
Ia menuturkan sejumlah mahasiswanya pada masa pandemi Covid-19 disela-sela kesibukan proses belajar mengajar sambil menjual jamu, yang ternyata memperoleh keuntungan 500 persen dari nilai bahan yang dibelinya.
“Kalau bahan baku untuk membuat jamu dibelinya seharga Rp50.000, berarti keuntungannya lima kali lipat mencapai Rp250.000, lumayan untuk biaya sekolah,” ujar Ni Made Sinarsari.
Ia menilai, anak-anak muda sekarang mulai tertarik mengkonsumsi jamu, terbukti banyak olahan jamu dengan konsep kekinian, misalnya “healthy drink” (minuman sehat) yang disediakan sejumlah warung.
Demikian pula peserta pelatihan kali ini melibatkan 35 peserta, 90 persen dari kalangan milenial dan mereka diharapkan untuk bisa membuat jamu dan mengkonsumsinya dalam keseharian.
Hidup sehat mandiri dengan mengkonsumsi jamu itu sejalan dengan Peraturan Menteri Kesehatan, Peraturan Daerah Gubernur Bali No.55/2019 yakni mewajibkan setiap lini perguruan tinggi dan pendidikan kesehatan ada keterkaitan dengan msalah kesehatan tradisional, salah satu diantaranya jamu, ujar Ni Made Sinarsari.