Staf Ahli PT. Songgolangit Persada, Ir. I Gustri Ketut Riksa menegaskan, manfaat Effektive Microorganisme (EM) dalam lingkungan hidup diawali dengan peran EM di dalam laut.
“Sebuah biji tanaman yang ada di darat jatuh ke tanah dan tumbuh menjadi tanaman yang besar.
Getah dan madunya diisap oleh binatang kecil dimakan oleh binatang yang lebih besar. Pohon besar, binatang kecil dan besar mati dan jatuh ke tanah,” Tutur I Gusti Ketut Riksa yang juga instruktur EM pada pelatihan pertanian organik pada Yayasan Gede Ngurah Wididana, di Desa Bengkel, Busungbiu, Kabupaten Buleleng.
Mantan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bangli itu menjelaskan, bangkai yang ada seluruhnya diurai oleh mikroba dan terbentuklah nutrisi baru yang dapat diserap kembali oleh tanaman yang besar itu.
Hal serupa terjadi pula di lautan lepas, di lautan terdapat kehidupan yang beragam, disrata atas hidup ikan, udang, kerang, zooplankton maupun phytoplankton.
Di strata paling bawah dihuni oleh mikroba. zooplankton maupun phytoplankton dimakan oleh ikan dan udang saling memangsa. Sisa-sisa bangkai yang ditinggal, diurai oleh mikroba dan hasil penguraian tersebut kembali menjadi nutrisi yang diperlukan oleh semua kehidupan di dalam laut.
Gusti Ketut Riksa menambahkan, jika tidak ada gangguan yang memutus siklus itu, pencemaran tidak akan terjadi, air laut tetap jernih dan semua makluk hidup dapat melanjutkan kehidupannya. Demikian pula air laut tidak akan keruh, tidak berbau busuk, meskipun semua limbah organik termasuk bangkai binatang berkumpul di dalam laut.
Dengan adanya pencemaran kimiawi, limbah industri serta sisa-sisa pestisida yang hanyut ke dasar laut, kehidupan mikroba distrata bawah terancam mati dan punah.
Kondisi tersebut menyebabkan siklus putus dan terjadi proses pembusukan berbagai biota berangsur-angsur mengalami kematian dan kepunahan, ujar Gusti Ketut Riksa.