Bangsal adalah sebuah gedung yang dimanfaatkan untuk perdagangan beras dan kopra, berlokasi di pertigaan Gaji-Dalung-Sempidi, Kabupaten Badung, Bali. Pemiliknya adalah, Bagus Made Wena. Dalam masa perang kemerdekaan, bangunan bangsal itu dimanfaatkan untuk pertemuan para pemuda pejuang, dalam rangka mengatur strategi mengusir penjajah Jepang dan Belanda (NICA).
Pertemuan para pemuda pejuang itu dikoordinasikan oleh Made Widja Kusuma (Pak Joko), Subroto Aryo Mataram, dan Bagus Made Wena. Pak Joko adalah Ketua Pemuda Republik Indonesia (PRI), dan kemudian menjadi Wakil Pimpinan Perang Kemerdekaan di Bali (DPRI Sunda Ketjil).
Subroto Aryo Mataram (putra dari Ki Hajar Dewantara), adalah penghubung antara pemerintah pusat dengan pimpinan perjuangan kemerdekaan di Bali. Sedangkan Bagus Made Wena (tuan rumah), adalah penyedia berbagai fasilitas perjuangan kemerdekaan.
Bangunan Bangsal, diresmikan sebagai Monumen Perjuangan Bangsal (MPB) oleh Gubernur Bali (saat itu) Made Mangku Pastika, pada tahun 2008. Kisah tentang peranan Bangsal dalam perang kemerdekaan itu, ditulis oleh Prof. Wayan Windia, dalam bentuk buku. Judulnya : Bangsal Dalam Kenangan Revolusi dan Perang Kemerdekaan Indonesia di Bali.
Edisi pertama telah terbit pada tahun 2008. Kemudian berdasarkan perkembangan data dan fakta yang tersedia, maka dirangkum kembali buku itu dalam edisi kedua. Bertepatan dengan HUT ke-77 MPB 16 Agustus 2022, buku edisi kedua tentang Monumen Perjuangan Bangsal (MPB) telah diluncurkan di kawasan MPB.
Peluncuran buku, dilakukan oleh Ketua DPD Legiun Veteran RI Provinsi Bali, I Gusti Bagus Saputera, SH. Disebutkan bahwa MPB memang merupakan markas rahasia bawah tanah, dan embrio dari perjuangan perang kemerdekaan di Bali. “Pada waktu itu, saya baru berumur 15 tahun. Masih kanak-kanak. Tetapi saya ikut main-main ke rumah ini, untuk hadir dalam pertemuan-pertemuan para pejuang” katanya.
Untuk itu adalah wajar bila sejarah bangsal dibukukan. Tujuannya, agar generasi penerus bisa paham tentang sejarah bangsanya yang hebat. “Bahwa kemerdekaan yang kini kita raih, tidak serta merta jatuh dari langit” katanya. Banyak korban yang berjatuhan, agar Indonesia bisa merdeka. Rakyat siap berkorban apa saja, untuk mendukung para pejuang dalam merebut kemerdekaan.
Manager MPB, Bagus Ngurah Rai, BA, SH, MBA, MM mengatakan bahwa sejak MPB diresmikan oleh Gubernur Bali, sangat banyak komunitas yang berkunjung ke kawasan MPB. Mulai dari anak-anak TK, pelajar, mahasiswa, pejabat sipil dan militer, dan juga Ketua MPR RI Bambang Soesatyo. Di MPB para pengunjung diceriterakan tentang riwayat MPB, dan peranannya dalam perang kemerdekaan di Bali.
Di kawasan MPB juga dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN), bagi anak TK, dan pelajar. Jumlah peserta PPBN sudah mencapai 7. 500 orang. Bagus Ngurah Rai berharap agar nilai-nilai yang bergema di MPB bisa melakukan penetrasi ke dalam hati nurani masyarakat. Dengan demikian mereka akan sadar tentang sejarah bangsanya, akhirnya bisa dengan sadar untuk menegakkan empat konsensus nasional Indonesia.
Pada kesempatan itu penulis buku, Prof. Wayan Windia mengungkapkan bahwa ia merasa mendapat kehormatan untuk diijinkan menulis buku tentang MPB. Dalam sejaran perang kemerdekaan di Bali, MPB tercatat sebagai peristiwa ke-7 dari 49 peristiwa yang terjadi di Bali. “Jadi memang sejak awal, MPB telah terpanggil untuk melakukan peranannya” katanya.
Oleh karenanya, ia memandang bahwa kawasan MPB adalah kawasan yang sangat penting untuk dikenang dalam sejarah perang kemerdekaan di Bali. Ia berharap agar generasi penerus bangsa, bisa menteladani nilai-nilai yang telah diwariskan oleh para pemuda pejuang, yang mengatur strategi perjuangannya dari kawasan MPB.
Hadir dalam acara peluncuran buku itu, kalangan pejuang kemerdekaan, kalangan Angkatan 45, kalangan pemuda Panca Marga, tokoh Menwa, tokoh pers, tokoh adat dan tokoh masyarakat di sekitar kawasan MPB.
Dirut Media Online Atnews, Wayan Artaya mengatakan, bahwa sebagai generasi penerus, ia sangat terkesan dengan cerita tentang peranan MPB di masa lalu. Ia berharap agar MPB tetap menjadi lilin bagi cita-cita perjuangan untuk mengisi kemerdekaan Indonesia. Cita-cita itu tertuang dalam Pembukaan UUD 1945.
Untuk itu ia berharap agar komunitas MPB tetap konsisten menjadi komunitas yang setia pada empat konsensus nasioal tsb. Hal yang senada, disampaikan juga oleh Kastaf Korps Menwa Bali, Mumtazah, S.Ked. linktr.ee/pakolescom #pakoles