Direktur Utama PT. Songgolangit Persada, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr mengungkapkan, setiap orang dewasa menghasilkan limbah organik rata-rata satu kilogrtam (Kg) per hari, berupa tinja, urin, sisa makanan, limbah dapur, dan dari aktivitas kerjanya.
“Limbah organik juga berasal dari rumah tangga, hotel, restoran, industri pengolahan makanan, pertanian, peternakan, perikanan, pasar tradisional,” kata Dr. Widi yang juga dikenal sebagai perintis pertanian organik di Indonesia menjelang tampil sebagai salah satu dari tiga pembicara pada Webinar mengusung tema “Mengolah Sampah Dengan Teknologi Ramah Lingkungan, Ciptakan Lingkungan Asri, Bersih dan Alami” yang dipandu Ketut Jadiasa, S.Sos, instruktur Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali.
Webinar tersebut menampilkan tiga pembicara terdiri atas I Ketut Darmawan, SP.T pengelola tempat pengolahan sampah reduce, reuse, recycle (TPS3R ) Desa Tangkas, Kabupaten Klungkung, dan I Komang Suryawan, aktivis komunitas Edan dan H2C Bali yang pernah meraih penghargaan teknologi tepat guna dari Bupati Badung, Nyoman Giri Prasta
Webinar yang melibatkan 216 peserta lintas nusantara dari berbagai pelosok daerah di Indonesia. antara lain Papua, Maluku, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sumatera, Jawa dan Bali juga menampilkan pembicara Direktur Utama PT. Songglangit Persada, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr.
Alumnus Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa, Jepang itu menjelaskan, penduduk Indonesia tercatat 270 juta jiwa berpotensi menghasilkan 270 juta Kg atau 270.000 ton limbah organik setiap hari.
Jika limbah organik sebanyak itu tidak dikelola dengan baik akan menghasilkan masalah berupa polusi, penyakit, kerusakan lingkungan tanah, air dan udara. Daur ulang limbah organik adalah cara mengolahnya dengan bijak.
“Teknologi Effective Microorganisme (EM) mendaur ulang limbah organik dengan fermentasi, diubah menjadi pupuk organik untuk dikembalikan ke lahan pertanian, agar tanah menjadi subur,” ujar Dr. Widi yang satu-satunya di Indonesia mendapat lisensi untuk memproduksi dan pemasarkan EM4 pertanian, EM4 Perikanan, EM4 Peternakan dan EM4 untuk mengatasi limbah (pencemaran) dari Effective Microorganisme Research Organization (EMRO) Jepang.
Fermentasi limbah organik bisa dilakukan dari tingkat rumah tangga, untuk pupuk kebun pekarangan dan tanaman dalam pot, sampai tingkat pengolahan menengah dan industri pupuk organik.
Sampah organik diubah menjadi pupuk organik yang mempunyai nilai ekonomis tinggi (uang). Kepedulian masyarakat akan cinta lingkungan, pertanian, kesehatan dan gaya hidup sehat bisa diajarkan kepada masyarakat sejak dini, dari taman kanak-kanak (TK), sekolah sampai perguruan tinggi.
Teknologi EM memiliki peranan penting dalam menularkan gerakan hidup sehat dan cinta lingkungan kepada masyarakat, di Indonesia sudah dilakukan sejak 1990, Terima kasih kepada Prof. Dr. Teruo Higa atas temuan dan aplikasi Teknologi EM yang kini sudah diterapkan lebih dari 100 negara di belahan dunia.linktr.ee/pakolescom #EM