Sampah masih menjadi masalah serius di Indonesia, bahkan semakin hari semakin banyak sisa-sisa yang tidak bermanfaat itu dihasilkan masyarakat dari limbah rumah tangga seperti sampah organik, sampah pelastik dan residu.
Komunitas H2C (Humanity Hope and Care) Bali menyelenggarakan petatihan pengolahan sampah organik komposter nol rupiah bertajuk “Mengais Rupiah Dari Sampah” menghadirkan narasumber Pembina Komunitas Edan, I Komang Suryawan dari Banjar Sintig, Desa Sibang Kaja, Kabupaten Badung.
Acara yang digelar di Banjar Juwet, Abiansemal, Badung, Minggu (24/7/22) selain dihadiri masyarakat sekitar juga menghadirkan undangan dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Badung, Ketua Komisi 1 DPRD Kabupaten Badung, Camat Abiansemal, Kapolsek Abiansemal, Perbekel Abiansemal, Pekaseh Subak, Komunitas Edan dan PT. Songgolangit Persada yang menjadi sponsor dalam acara tersebut.
“Kami di H2C memiliki narasumber yang sangat berkompeten di bidangnya untuk mengatasi masalah sampah. Maka dari itu harapan kami H2C siap berkolaborasi dengan semua elemen, LSM, maupun organisasi negeri maupun swasta untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar peduli dan menjaga lingkungan di sekitar kita agar bumi khususnya Bali dan masyarakat mendapatkan manfaat lahir dan batin,” ujar I Gusti Ngurah Atmaja Putra, Founder H2C didampingi I Nyoman Suartawan, Founder H2C dan I Gusti Ngurah Prasta Dwipayana, Ketua H2C.
H2C yang bergerak untuk lingkungan hidup dan humanity (kemanusiaan) telah banyak melakukan kegiatan sosial salah satunya penanaman pohon yang dilakukan pada bulan Juni lalu. “Kegiatan ini tidak lepas dari persoalan sampah yang ada di Kabupaten Badung dan Provinsi Bali umumnya, karena adanya isu penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung, Denpasar,” ujar I Nyoman Suartawan, Founder H2C.
Komang Suryawan, Pembina Komunitaas Edan yang didaulat sebagai pembicara, banyak berbagi pengalaman terkait mengolah sampah yang dilakukan di Sibang Kaja. “Tidak ada orang pintar tentang sampah, kalau ada orang pintar tentang sampah tidak akan ada masalah sampah. Kita semua mempunyai tanggung jawab bersama dalam menangani masalah sampah,” ujar Suryawan yang merintis Komunitas Edan sejak tahun 2017.
Sosok pria berusia 43 tahun yang pernah meraih penghargaan teknologi tepat guna dari Bupati Badung Nyoman Giri Prasta tahun 2022 ini menambahkan, sampah organik adalah sampah volumenya paling besar diantara sampah lainnya dan 75 persen bersumber dari rumah tangga. Karena sampah organik bisa diurai menjadi pupuk yang memiliki nilai bermanfaat. Sedangkan sampah residu tidak bisa diuraikan dan harus menjadi tanggung jawab pemerintah.
Dalam membuat pupuk organik tidak perlu biaya mahal, karena bisa membuat dekomposter secara alami dari alam sekitar, namun perlu proses waktu lebih lama. “Untuk mengolah sampah rumah tangga dengan efektif cukup menggunakan Effertive Microoorganisms 4 (EM4) yang diproduksi oleh PT. Songgolangit Persada dan produknya sudah menasional,” ujar suami dari Ni Wayan Budiasih.
Ayah tiga anak putra dan putri ini menambahkan, untuk mengaktifkan EM4 perlu diberi makanan yaitu molase atau air gula. “Ambil botol pelastik kemasan 1,5 liter isi dengan air yang tidak mengandung kaporit bisa menggunakan air sumur, sungai, hujan atau air cucian beras terus masukkan molase atau air gula tiga tutup botol dan EM4 tiga tutup botol. Selajutnya tutup dan kocok lalu diamkan 24 jam, selanjutnya bisa dipergunakan untuk pupuk atau menyiram tanaman,” ujarnya.
“Komunitas Edan mengucapkan terimakasih kepada PT. Songgolangit Persada yang telah mensuport kegiatan ini dengan memberikan EM4 sebanyak 75 liter untuk sosialisasi pengolahan sampah. Harapan kami dari komunitas Edan tentunya melalui sosialisasi-sosialisasi di masing-masing daerah, masing-masing desa dan lingkungan pendidikan lebih mengedukasi kita bagaimana cara menanggulangi sampah. Solusi sampah adalah kita, karena kita selaku produksi sampah maka sudah jadi tanggung jawab kita untuk menyelesaikan sampah kita sendiri,” ujar pria enerjik ini.
Sementara itu Camat Abiansemal Ida Bagus Putu Mas Arimbawa yang hadir dalam kegiatan tersebut mengapresiasi dan mendukung apa yang dilakukan oleh H2C. “Program ini sangat bagus, kedepan saya berharap H2C bisa berkolaborasi dengan yoana dan karang taruna di Kecamatan Abiansemal agar lebih mengena,” ujarnya
Arimbawa mengatakan tahun lalu mendapat musibah banjir besar di kawasan Blahkiuh sampai Badung yang sebelumnya belum pernah terjadi. “Permasalahan sampah betul-betul sangat prinsip untuk kali ini. Kata kuncinya sederhana sekali. Ada dua hal, pertama intinya sampah kita supaya tidak menjadi masalah buat orang lain. Kedua, penanganan sampah harus menjadi kebiasaan dari diri sendiri di tingkat rumah tangga,” tegasnya.
Ia menilai, masalah sampah juga tidak hanya sebatas dibahas saja, melainkan harus ada prakteknya. “Kalau di Blahkiuh sudah ada komunitas duur telagi yang sudah bisa menghasilkan produk yang bisa dimanfaatkan. Semoga di daerah lainnya bisa melakukan, karena potensi sampah sangat tinggi,” harapnya.