Mental Miskin

0
63
Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr Direktur Utama PT karya Pak Oles Grup.

Oleh: Gede Ngurah Wididana *)

Dalam suatu dialog dengan masyarakat, semacam urun rembug, bicara bebas apa adanya, tentu untuk menggali masalah dan mencari jalan keluarnya, ada dua kata yang saya simak, yang menggelitik hati, bukan membikin lucu, tapi membikin hati pilu, sekaligus nek, yang bisa membuat asam lambung kumat, yaitu “mental miskin.”

Apa artinya? Mental berarti berpikir dan bersikap, sekaligus berwacana. Miskin berarti kurang, atau kekurangan harta, benda, merasa kurang, tidak cukup dan suka mengemis. Mental miskin berarti berpikir miskin, berpikir kurang, tidak mandiri, suka minta-minta, bila perlu meminta dengan paksa.

Mental miskin merupakan suatu sikap mental yang merasa kekurangan, karena tidak produktif, konsumtif, lebih besar pengeluaran daripada pemasukan, pengeluaran jelas, pemasukan tidak jelas, ujung-ujungnya minus, rugi, dan untuk menutup biaya minusnya, mereka menjual atau menggadai aset, meminta sumbangan, sampai menipu, atau berjanji kosong.

Mental miskin lahir karena sebab, yaitu buta finansial, atau buta keuangan. Mereka yang terkena penyakit mental miskin tidak bisa membedakan uang siapa, dari mana, untuk apa, bagaimana mengatur, mencari, memakai dan mempertanggung-jawabkan.

Mental miskin lahir karena kebiasaan, budaya. Orang malas, gengsi, kurang pendidikan, kurang pergaulan, dan kuramg wawasan terkena penyakit mental miskin. Mental miskin bukan saja bisa menyerang individu, tapi juga menyerang sekelompok orang, keluarga, masyarakat. Penyakit mental miskin semacam virus yang menular, karena ingin hidup kaya dengan cara mudah, hidup nikmat tanpa kerja keras.

*)Direktur Utama PT Karya Pak Oles Grup, alumnus Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa, Jepang dan Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini