
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) A.A Gede Pradnya Dwi Permadi (42) di Desa Katung dan Desa Banua, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli rutin melakukan kegiatan pendidikan non-formal (penyuluhan) pertanian secara organik menggunakan teknologi Effektive Microorganisms (EM) kepada kelompok tani binaannya sebanyak 284 kk di Kintamani Timur.
Dwi Permadi mengungkapkan telah mengenal pupuk hayati EM4 sejak 1997 saat masih duduk di bangku kuliah Universitas Udayana. “Kebetulan pada tahun pertama saya kuliah umum diperkenalkan tentang teknologi EM,” ujarnya.
Sejak saat itu, ia mulai mencoba untuk mengaplikasikan EM4 di kebun miliknya dengan membuat pupuk organik bokashi. Apalagi keluarganya latar belakangkangnya memang bergerak dibidang pertanian. “Hasilnya memang bagus, saat itu saya aplikasikan di tanaman pisang, bunga angrek memang bisa cepat merangsang perakaran dari tanaman,” ujar Dwi yang tinggal di Puri Semarabawa, Desa Kawan, Bangli.
Pengalaman tersebut ia tularkan kepada sejumlah kelompok tani binaannya. “Memang untuk aplikasi EM4 ini kalau langsung digunakan pada tanaman bagus, tapi kalau secara ekonomis itu lebih boros. Sehingga saya coba untuk mengaktifkan (membuat EM aktif) dengan memperbanyak kemudian mengaplikasikannya langsung kepada tanaman itu jauh lebih efisien,”tegasnya.
Untuk aplikasi pada tanaman budidaya diwilayah binaannya, Dwi Permadi yang menjadi PPL sejak 2010 menggunakan metode sederhana, yaitu sebelum pupuk kadang datang, ia menuangkan sebanyak 3 botol (tiga liter) EM4 ke dalam 3000 liter air ditambah 3 liter mollase dalam gentong biru.
“Kami membuat EM aktif dengan diperam selam satu minggu. Pada saat penurunan pupuk kandang kami semprotkan langsung pada pupuk kandang sampai merata dipermukaan pupuk kandang. Setelah diseprai dengan EM aktif kami peram selama dua minggu,” ujarnya.
Menurut Dwi, dengan penggunaan EM4 ternyata proses fermentasi bisa dipercepat dibandingkan jika tanpa pengaplikasian EM4. “Itu buktinya nyata, biasanya kalau tanpa aplikasi apa pun, artinya dibiarkan membusuk secara alamai efeknya tanaman yang ada disekitar pupuk kandang dimana mereka diturunkan itu biasanya akan padam, karena panas dari pupuk kandang, proses dekomposisi itu hasil sampingannya adalah peningkatan suhu yang akhirnya akan membuat tanaman disekitarnya menjadi gersang, meranggas karena efek panas dari kotoran yang belum terfermentasi,” jelasnya.
Disamping itu juga mengakibatkan banyaknya amoniak yang ditimbulkan sehingga mengundang lalat. Akibatnya lalat banyak, amoniak yang diproduksi banyak meracuni lingkungan dan itu tidak bagus jika diaplikasikan ke tanaman. Sehingga dengan menggunakan aplikasi EM4 terdapat proses permentasi yang akhirnya akan mendekomposisi secara sempuran pupuk kandang, baik itu pupuk kandang sapi dan ayam secara sempurna sehingga bisa langsung dimanfaatkan pada tanaman.
Tentunya ada proses disana tidak bisa serta merta diaplikasikan langsung, hanya bisa diaplikasikan setelah proses permentasi tercapai maksimal. Yaitu dengan adanya penurunan suhu dari kohe sehingga pada saat itu pupuk kandang sudah bisa diaplikasin pada tanaman.
“Dan pastinya hasilnya akan maksimal, terbukti pohon pisang hasil buahnya jauh lebih besar dan lebih panjang melebihi standar biasnya. Saya kira kalau itu diaplikasikan pada tanaman-tanaman budidaya pasti akan maksimal, tutupnya.https://linktr.ee/em4