
Babi selama ini telah menjadi salah satu ternak unggulan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) karena menjadi sumber pangan dan memegang peranan penting dalam kegiatan budaya dan sosial masyarakat setempat.
Kepala Cabang Pemasaran PT Songgolangit Persada Wilayah Bali, NTB dan NTT Irkham Rosidi mengatakan dengan tingginya tingkat pemeliharaan ternak babi di NTT, maka sesungguhnya peluang penggunaan Effective Microorganisms 4 (EM4) juga tinggi.
“Populasi babi tinggi, maka identik dengan persoalan bau, dan ini bisa diatasi dengan penggunaan EM4,” kata Irkham saat diwawancarai di kantor pemasaran EM4 di Jalan Letda Kajeng, Denpasar.
Teknologi EM (Effective Microorganisms) pertama kali dikembangkan oleh Dr. Teruo Higa, seorang dosen Universitas Ryukyus, Okinawa, Jepang pada tahun 1982. EM adalah kultur campuran mikroorganisme menguntungkan dan non-patogen yang dihasilkan melalui proses alami dan tidak disintesis secara kimia atau dimodifikasi secara genetik. Produk EM4 sendiri terdiri dari EM Pertanian, EM4 Peternakan, EM4 Perikanan dan Tambak, serta EM4 Bakteri Efektif Pengurai Tinja dan Limbah Organik.
EM4 selain dapat mengurangi bau kotoran pada kandang, juga dapat dicampurkan pada pakan babi. “Di sana, hampir setiap keluarga memiliki babi. Sedangkan untuk pakannya, mereka sudah ada yang memanfaatkan batang pisang yang difermentasi dengan EM4,” ucapnya.
Menurut Irkham, jika informasi terkait manfaat EM4 dapat diterima secara meluas oleh petani dan peternak di NTT, maka dapat menjadi peluang agar produk EM4 dapat laku tinggi. “Kami sebelumnya juga sudah sempat masuk ke daerah Bajawa dan Ngada di NTT. Namun, tidak dipungkiri, ada sejumlah tantangan untuk pemasaran di Provinsi NTT, meskipun peluang peternakan babi tinggi,” katanya menambahkan.
Tantangan yang dimaksud diantaranya dari sisi kultur dan tingkat pendidikan masyarakat, perputaran ekonomi, maupun letak geografis. Oleh karena itu, pihaknya membuat informasi disesuaikan dengan kondisi pasar yang akan digarap.
“Kami berusaha membuat materi edukasi yang lebih simpel, karena jika informasinya terlalu tinggi, dikhawatirkan akan ada kesenjangan informasi antara pembuat dengan penerima. Oleh karena itu, kami membuat informasi yang seringan mungkin, yang gampang diterima,” ucap pria asal Pemalang, Jawa Tengah ini.
Di tengah era digital saat ini, PT Songgolangit Persada juga melakukan upaya promosi dengan berbagai konten yang disebarkan melalui berbagai kanal online dan media sosial seperti YouTube, Instagram, Facebook. Konten informasi yang dibuat diantaranya berupa testimoni pengguna EM4 dan pembuatan film dokumenter, dengan durasi yang tidak begitu panjang, kemudian disebarkan melalui berbagai grup komunitas di media sosial.
Agar informasi dapat diterima dengan baik di masyarakat, menurutnya di setiap wilayah diperlukan technical support atau dukungan teknis dari petugas yang bisa meneruskan informasi secara langsung misalnya terkait cara penggunaan maupun cara membuat pupuk. “Kami perlu semacam tenaga pendamping di daerah,” kata Irkham.
PT Songgolangit Persada, sebelumnya juga telah menyosialisasikan terkait teknologi EM dan produk EM4 melalui para penyuluh pertanian lapangan (PPL), dengan harapan kemudian mereka yang meneruskan pada petani karena memang mereka yang mendampingi petani. Namun, dia tidak memungkiri, terkadang ada pula kendala karena PPL pensiun sehingga informasinya menjadi terputus, maupun PPL yang tentunya juga menerima berbagai informasi dan ilmu terkait pertanian.https://linktr.ee/em4