Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr seorang peneliti dan praktisi jamu yang merintis Industri Obat Tradisional (IOT) PT Karya Pak Oles Tokcer (KPOT) sejak 1997 mengatakan, Indonesia sangat kaya akan budaya jamu dan penyembuhan spiritual yang masih eksis dan aktif digunakan oleh masyarakat tradisional.
Melihat potensi tersebut, pria yang akrab disapa Pak Oles menegaskan, tugas peneliti adalah bagaimana mengumpulkan data-data ilmiah yang bisa diukur dengan alat-alat penelitian tentang fenomena-fenomena penyembuhan yang terjadi, agar kebutuhan informasi dunia klinis bisa diuji atau dibuktikan secara klinik, bukan secara klenik. Seperti penyembuhan dengan sound healing, singing bowl, water blesing (melukat), pembukaan cakra/aura, semuanya itu bisa diterima oleh masyarakat modern karena dijelaskan teorinya secara ilmiah.
Dr. Wididana yang mendapat apreasi sebagai salah satu aktor intelektual yang berkontribusi dalam mengembangkan Usada Bali konferensi 1st Jamu (loloh) International Conference & Expo Internasional Jamu pertama di Bali yang berlangsung di Westin Resort, Nusa Dua, belum lama ini mengatakan, Penelitian jamu dan bahan herbal sudah dan terus dilakukan oleh ratusan peneliti dari berbagai fakultas (pertanian, MIPA, kedokteran, ayurveda, Biologi) dan lembaga penelitian. Mereka menemukan data-data ilmiah tentang kandungan kimia dan khasiat jamu untuk menjaga kesehatan manusia.
Hasil-hasil penelitian tersebut sudah diterbitkan dalam berbagai jurnal ilmiah nasional dan internasional. Pertanyaannya adalah, apakah hasil-hasil penelitian tersebut sudah bisa dijadikan produk yang siap dijual, bisa diterima oleh pasar- masyarakat? Berapa persen dari hasil-hasil penelitian tersebut bisa diproduksi menjadi produk industri? Dari pertanyaan inilah lahir suatu kesenjangan antara informasi ilmiah dan produk jamu yang bisa diproduksi/dipasarkan.
“Semakin besar kesenjangan itu terjadi, semakin membuat kebingungan dan kehilangan arah pelaku jamu mau kemana dia menuju. Karena apa yang diomongkan tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Peneliti dan industri/pengusaha masing-masing berjalan sendiri-sendiri, tidak saling mendukung untuk menghasilkan produk yang berkualitas,” ujar Pak Oles.
Generasi muda ingin serba instan akan hasil dari minum jamu. Mereka tidak suka rasa jamu yang pahit, sepet, pengeh, karena rasa daun/rimpang/kulit kayu, yang kurang bersahabat dengan lidah dan perutnya. Produk jamu harus dimodifikasi menjadi permen, cairan manis dari madu, teh herbal, minuman berasa manis yang dikemas botol/kaleng, tablet/pil, produk kosmetik modern dengan berbagai sediaan (krim, lotion, air, pelembab, dsb), sehingga jamu bisa diterima oleh pasar generasi muda.
Dr. Wididana yang merupakan Ketua Gabungan Pengusaha Jamu DPD Bali menjelaskan, Jamu sebagai kekayaan budaya nusantara, yang ada dan eksis dilakukan oleh masyarakat di nusantara, khususnya di daerah-daerah pedesaan, mereka sangat akrab dengan budaya penggunaan tanaman obat, menggunakan metode penyembuhan tradisional dan dipraktikkan secara turun temurun (empiris), sehingga jamu perlu digali/diteliti untuk mendapatkan data-data ilmiah, atau mengilmiahkan praktik empiris tersebut.
Selanjutnya jamu bisa diterima sebagai praktik kesehatan dari masyarakat modern, karena masyarakat modern sangat mengutamakan penggunaan logika. Misalnya, bagaimana efek air, doa, mantra, afirmasi positif, meditasi, pernafasan, olah nafas, bisa menyehatkan, semuanya itu harus bisa dijelaskan dengan logika dan ilmiah, sehingga bisa diterima sebagai akal sehat.
Untuk menjawab berbagai pertanyaan dan keraguan tentang data-data ilmiah jamu, maka hadirlah 4 orang peneliti dan praktisi kesehatan tentang jamu, Prof. Dr. Nyoman Kertia dengan materi “validasi data ilmiah jamu,” dr. I Gusti Ngurah Putra Eka Santosa dengan materi Meditasi Sidhakarya, dr. Wayan Mustika dengan materi “Membangun kesadaran spiritual untuk kesehatan mental dan filosofi Djampi Oesodo,” Dr. Ida Bagus Suatama dengan materi “Jamu perspektif Usada Bali.” Presentasi seminar dari praktisi dan peneliti usada Bali tersebut membuka wawasan baru tentang praktik pengobatan jamu dari sisi ilmiah, secara fisik dan metafisik.linktr.ee/pakolescom