Ketua DPD GP Jamu Provinsi Bali, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr (kiri) bersama Ketua Dewan Jamu, Mayjen TNI (Purn), Prof. Dr. dr. Daniel Tjen Sp.S. dalam acara Pertemuan 1st Jamu (loloh) International Conference & Expo Internasional Jamu di Nusa Dua, Bali.

Ketua Dewan Pimpinan Daerah Gabungan Pengusaha Jamu (DPD GP) Provinsi Bali, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr mengatakan, Bali menjadi daerah yang sangat strategis dan siap sebagai tempat promosi dan pusat transaksi bisnis jamu secara internasional, yang memiliki potensi dan nilai informasi yang sangat kuat.

Menurut Dr. Wididana yang merupakan Dirut PT Karya Pak Oles Tokcer sebuah perusahaan berbasis obat-obatan tradisional yang merupakan terbesar di Bali menilai, pemilihan Bali sebagai tempat konferensi Pertemuan 1st Jamu (loloh) International Conference & Expo Internasional Jamu pertama di Bali yang berlangsung selama tiga hari (16-18 Desember 2024) berlokasi di Westin Resort, Nusa Dua, merupakan gebrakan yang sangat tepat dan akurat untuk mengantarkan jamu ke kancah internasional.

Alumnus Program Pasca Sarjana (S-2) Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa, Jepang (1987-1990) menambahkan, strategi branding untuk mengangkat jamu (loloh) ke kancah internasional melalui 1’st International Jamu (Loloh) Conference and Expo di Bali patut diacungi jempol.

“Tentu biaya yang dihabiskan untuk membranding jamu (loloh) cukup mahal, karena diadakan di hotel mewah bertaraf internasional, mengundang pembicara berkualitas internasional, mengundang peserta seminar dan peserta pameran, serta mengundang pejabat serta tokoh masyarakat, praktisi, pemerhati, pemilik usaha/industri jamu dan peneliti jamu yang berkelas internasional,” ujar sosok pria enerjik yang akrab disapa Pak Oles.

Akan tetapi nilai yang didapat dari biaya yang mahal tersebut sangat mendukung naiknya branding/pamor jamu ke kancah internasional, bahwa jamu memang cocok dan tepat untuk bersaing ke luar dari sarangnya untuk diperhitungkan sebagai kekayaan budaya penyembuhan dari nusantara, bersaing dengan negara-negara penghasil jamu/produk herbal dari Thailand, Vietnam, Kamboja, Srilangka, India (ayurveda), Cina (Traditional Chinese Medicine).

Menurut Pak Oles, para peneliti Indonesia juga sudah mempersiapkan diri dengan hasil-hasil penelitiannya sebagai senjata ampuh untuk mengantarkan jamu dengan data-data ilmiahnya secara uji klinis dan uji empiris, agar jamu bisa diterima di pasar internasional.  

Dalam acara tersebut, Pak Oles yang mendapat apreasi sebagai salah satu aktor intelektual yang berkontribusi dalam mengembangkan Usada Bali hadir bersama tiga orang staf, diantaranya Bagian Pemastian Mutu Idustri Obat Tradisional (IOT) PT Karya Pak Oles Tokcer (KPOT) Plan 1 Denpasar, Apt Luh Ketut Budi Maitriani S.Farm, Kepala Unit Digital Marketing (KPOT), Komang Wibhuti Emriko B.Sc., M.Sc dan sekretaris perusahaan Tri Suharti.

Sementara itu, Ketua Dewan Jamu, Mayjen TNI (Purn). Prof. Dr. dr. Daniel Tjen Sp.S. mengatakan bahwa, konferensi dan expo jamu ini akan mengangkat citra jamu menjadi lebih kokoh, mantap dan percaya diri untuk menembus pasar luar negeri, dari sisi politik, jamu menunjukkan kekuatan dirinya sebagai kekayaan budaya nusantara yang dihargai dan digunakan oleh masyarakat Indonesia. Pemerintah dan pelaku ekonomi secara serius mengembangkan dan memanfaatkan jamu untuk menjaga dan memperbaiki kesehatan masyarakat Indonesia.linktr.ee/pakolescom

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini