Dirut PT Songgolangit Persada, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana M. Agr, saat menyampaikan informasi perkembangan Teknologi EM di Indonesia pada rombongan EMRO Eropa di Aula IPSA, Desa Bengkel, Busungbiu, Buleleng.

Sebanyak 22 orang rombongan dari Group EMRO (Effective Microorganisms Research Organization) yang terdiri dari Negara Jerman, Polandia, Ceko, Belanda, Ukraina, Belgia, Kosovo dan Swis berkunjung ke Villa IPSA (Intitut Pengembangan Sumberdaya Alam) di Desa Bengkel, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng, (4-6 Desember, 2024).

Kehadiran rombongan yang merupakan Group EMRO Jerman dibawah pimpinan Mr. Jun Matsumoto, diterima langsung oleh Direktur Utama PT Songgolangit Persada, produsen dan pemasar produk Effective Mikroorganisms 4 (EM4) di Indonesia, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana M. Agr.

Dr. Wididana menjelaskan, kehadiran rombongan EM Eropa untuk melihat langsung aktivitas EM Teknologi di Villa IPSA Wellness Center (pusat kesehatan). “Kunjungan ini merupakan rangkaian perjalanan panjang dari Okinawa, Jepang setelah mengikuti Seminar EM Universal Village,” ujar pria yang akrab disapa Pak Oles.

Kepada rombongan, pendiri EM Indonesia, Dr.Wididana menjelaskan sejarah panjang perkembangan Teknologi EM pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada awal 1990 hingga dikenal sebagai pelopor pertanian organik dengan teknologi EM. Teknologi EM merupakan temuan Prof. Dr. Teruo Higa, Guru Besar Bidang Hortikultura University of The Ryukyus Okinawa, Jepang tahun 1980.

Dr. Wididana yang merupakan Alumnus Program Pasca Sarjana (S-2) Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa, Jepang (1987-1990) membawa teknologi ini ke Indonesia dengan harapan dapat berkontribusi pada pengelolaan lingkungan dan pertanian yang lebih baik di tanah air.

Pengembangan dan implementasi awal saat pertama kali diperkenalkan, EM diaplikasikan pada sektor pertanian untuk meningkatkan kesuburan tanah melalui dekomposisi bahan organik. Meningkatkan hasil panen dengan mengurangi kebutuhan akan pupuk kimia dan mengendalikan bau pada peternakan dan limbah organik.

Meskipun awalnya, pengenalan Teknologi EM di Indonesia mendapatkan tantangan karena kurangnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang manfaat mikroorganisme, namun melalui seminar, pelatihan, dan demo lapangan yang dilakukan teknologi ramah lingkungan dan berkelanjutan ini perlahan mendapatkan perhatian masyarakat luas.

Selain mendapat pemaparan lengkap terkait pengalaman pengembangan Teknologi EM di Indonesia yang disampaikan Dr. Wididana, rombongan juga diajak melihat sejumlah unit usaha Pak Oles yang ada di Desa Bengkel, mulai dari melihat Kebun Tanaman Obat Pak Oles, melihat proses produksi di Industri Obat Tradisional (IOT) PT Karya Pak Oles Tokcer, Melihat pabrik EM4 dan Radio Hexon FM.

Selain itu, rombongan Group EMRO juga diajak melihat langsung penerapan teknologi EM dalam bidang pertanian, peternakan, perikanan dan pengolahan limbah ke sejumlah lokasi, diantaranya ke kebun stroberi di Desa Pancasari, kebun sayuran dan buah di Desa Gobleg, Ternak Ayam Broiler di Desa Puncak Sari dan Kolam Lele Sistem Bioflok di Desa Penarukan Selemadeg.

Tiga hari di IPSA, rombongan sangat terkesan akan keramahan masyarakat Bali, saat mereka berjalan kehujanan di Desa Bengkel ternyata ada yang menawari payung untuk dipakai agar tidak kehujanan. “Kesederhanaan dan keramahan yang merupakan hal biasa di Bali menjadi catatan tersendiri bagi Mr. Mark warga Jerman yang kehujanan itu. Di lain pihak Mr Mark sangat menikmati bermandi hujan, karena baru pertama kali merasakan kehangatan air hujan, sedangkan di negaranya air hujan sedingin air es,” ujar Pak Oles.https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini