Oleh: Dr. Wididana)*
Gunung Fuji, yang tingginya 7.776 meter berdiri kokoh seperti samurai duduk bersila berbaju yoroi dengan tudung kepala putih. Dia tampak berwibawa dengan sikap anggunnya menyapa lembut setiap wisatawan yang datang berkunjung, “yokozo,” selamat datang.
Ribuan wisatawan setiap hari datang menikmati keindahan Gunung Fuji dari berbagai ketinggian, dari tempat berbeda, jalan tol, kereta, danau, restoran, hotel, atau sambil berendam onsen air panas.
Dari manapun mata memandang Gunung Fuji, dia selalu membuat bibir pengunjung berdecak, kamera siap mengabadikan keindahannya, senyum manis di bibir wisatawan dalam setiap bidikan kamera mencoba ikut menambah keanggunannya.
Di musim panas, hanya empat bulan, Gunung Fuji membuka topi putihnya, dia menggantinya dengan topi baja coklat kehitaman, tampak kokoh dan keras, batu karang terjal yang kasar, terlihat lembut dari jauh, karena salju yang menyelimutinya meleleh membasahi bumi, memberi kehidupan kepada rumput, jamur dan lumut, kepada burung dan serangga serta jasad renik yang ikut menjaga keindahan dan kekokohan Gunung Fuji.
Villa-villa kecil, home stay, restoran, caffee, penjual souvenir, dari baju kaos, asbak, gelas, keramik, lukisan, sampai es krim, semuanya bertemakan Gunung Fuji. Artinya, Gunung Fuji adalah modal budaya, keindahan alam yang memiliki nilai jual tinggi, bisa menggerakkan ekonomi, mensejahterakan masyarakat sekitar, memberikan pendapatan kepada negara.
Udara di hutan pinus, yang mengitari lereng Gunung Fuji, sangat bersih dan segar. Berjalan santai melingkar menanjak menuju Pagoda Chureito memberikan pengalaman baru untuk mandi hutan, mencemplungkan diri ke dalam udara hutan bersih, sangat murni, seolah diri yang kecil ini dijatuhkan ke dalam hutan pinus raksasa yang sangat kaya akan oksigen.
Budaya mandi hutan atau forest bath, di Jepang dikenal sebagai Shinrin Yoku, yang manfaatnya sangat banyak, untuk relaksasi, meningkatkan kesehatan mental. Bahkan kursus terapi mandi hutan bersertifikat juga sudah diadakan di seluruh dunia, secara online atau off line.
Mereka datang ke Gunung Fuji bukan hanya untuk melihat atau menikmati keindahannya, tapi untuk membuktikannya dengan mata kepala sendiri, bahwa dia itu memang indah, megah dan anggun. Gunung Fuji sebagai salah satu ikon wisata Jepang, pemerintah Jepang sangat merawat dan memperhatikan kenyamanan wisatawan menuju ke sana.
Transportasi yang lancar, melalui kereta dari berbagai stasiun kereta atau jalan tol disediakan dengan harga terjangkau, tempat istirahat, restoran, villa, tempat parkir luas sebagai infrastruktur sangat mendukung datangnya wisatawan berkunjung lebih banyak lagi.
Di Indonesia sangat banyak ada gunung bagus dan indah yang siap mengundang jutaan wisatawan dari seluruh dunia, wisatawan lokal antar provinsi merupakan modal dasar wisatawan dalam negeri. Pertanyaannya adalah,apakah kita bisa menjual produk wisata kita sendiri, dengan menjaga, memelihara, membangun infrastruktur, membangun mental usaha wisata yang kreatif dan tangguh?
Itulah yang harus dijawab “bisa” dan “siap” untuk melaksanakannya sepenuh hati, bertanggung jawab, untuk menggerakkan ekonomi, membangun kesejahteraan rakyat dari kekuatan modal budaya, keindahan alam gunung- gunung di nusantara. Tetap semangat dan kreatif, itulah modal kita untuk berusaha wisata di bumi nusantara, gigih dan mandiri, wujudkan dan bumikan ide-ide kreatif menjadi produk nyata. Jangan omon-omon saja.linktr.ee/pakolescom
)* Dirut PT Karya Pak Oles Group.