Ir. I Gusti Ketut Riksa, Staf Ahli PT Songgolangit Persada (SLP) mengungkapkan, budidaya pepaya telah banyak diunggah dalam sejumlah media baik offline maupun online, namun yang sesuai harapan belum banyak ditemui. Menurutnya diharapkan pemiliknya antara lain, pohonnya rendah dan berbuahnya pada saat tanaman masih pendek, setinggi lutut sudah ada bunga maupun buah, dan semua tanaman tampil seragam, demikian juga bentuk buahnya.

“Justru baru ketahuan saat tanaman telah lama dipelihara, siapapun akan kecewa melihatnya, karena adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan,” ujar pria yang pernah menjabat Kadis Pertanian Kabupaten Bangli tersebut.

Ia menambahkan biasanya kita melihat tanaman papaya di sebuah postingan video yang menarik, siapaun akan tergugah melihatnya. Ia menyarankan kalau mau membeli bibit harus memperhatikan berbagai hal, seperti pesan bibit dari orang atau lembaga yang dipercaya karena banyak ditemukan bibit palsu atau bibit yang tercampur dengan varietas lain sehingga pertumbuhan dan penampilannya tidak seragam.

Selain bibitnya tidak seragam kesalahannya terletak pada budidayanya antara lain penanamannya di dataran tinggi, ternaung dengan tanaman keras lain. Bila tanamannya di lahan sawah sering menggembirakan sewaktu tanaman masih kecil, namun semakin besar tanaman menjadi kurus, kuning dan mati.

Hama kutuputih yang disebut kutu kebul sering menyerang. Lebih hebat penyerangan hama di musim kemara. Saya sering mengatasi dengan menggunakan sabun cair dengan menyemprot berulang kali. Kutu ini sangat bandel dan merisaukan, bila terus disemprot akan kalah. Bila ada sisa serangan meski sedikit, kutu akan menular sangat cepat. Dalam hal ini kita harus sabar dan jangan mudah putus asa,” ujarnya.

Pria yang sudah menginjak usia diatas 80 taun ini mengatakan, selain pohon pepaya tanaman inangnya cukup banyak seperti kamboja, nuri, kroton dan tanaman hias lain. Pada tanaman obat sering dijumpai terutama pada tanaman mahkota dewa, kayu manis dan bluntas. Karena sabun cair itu murah, tanaman inang yang lainpun harus disemprot. Saya belum menemukan ramuan herbal untuk memberantasnya.

“Yang sering saya jumpai sebagai masalah adalah penanaman di lahan sawah di mana cadas atau tapal bajak tidak ditembus lebih dahulu. Di atas tanah sawah langsung dibuat lubang tanaman. Artinya tanaman dengan perakaran berada di atas cadas. Gulu dan kemudian dibuat setelah tanaman tumbuh dan berkembang di atas cadas,” paparnya.

Sewaktu tanaman masih kecil, kelihatan baik karena areal perakaran masih terbatas. Setelah tanaman dewasa lebih-lebih saat turun hujan, semua perakaran tanaman akan terendam air dan tanaman akan mati.

Untuk mengatasinya, pertama perlu membuat lubang berukuran 60 cm X 60 cm; sampai cadas dibawahnya bisa tembus. Sebelum bertanam, hendaknya membuat lubang tanam berjarak 2,5 meter. Tambahkan pupuk organik Bokashi Kotaku yang telah berisi trichoderma atau mikroba antagonis lain. Penggunaan Bokashi Kotaku minimal setengah zak (30 kg) setiap pohon agar bebasn dari busuk akar, fusarium serta penyakit lain.

Pembuatan guludan sepanjang barisan tanaman antara selokan dibuat secara bertahap sambil memupuk seiring bertambah besar tanaman dan jangan lupa memupuknya dengan Bokashi Kotaku minimal setengah zak per pohan sehinga tinggi guludan mencapai sedikitnya 30 cm dan selokan mencapai tapal bajak (cadas lahan olah). Hal ini sangat penting untuk memperlancar drainase.

“Akan menjadi sangat subur dan sehat bila setiap minggu disiram dengan bokashi cair yang difermentasi dengan Effektive Microoganisme (EM) yang telah diencerkan menjadi 5 kali lipat dari volume semula. Siramlah seliter per meter persegi. Buah pepaya baru dipetik 7 bulan sejak tanam, minimal 2 buah per pohon setiap minggu. Fakta ini memberikan kepuasan, yakni tanamannya seragam, semua tumbuh rendah dan bentuk buah seragam.https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini