Dr. dr. I Ketut Agus Somia, SpPD, K-PTI, FINASIM dalam seminar singkat bertajuk “Penyakit Infeksi” pada perayaan HUT ke-27 PT Karya Pak Oles Group di Denpasar.

Penyakit infeksi bisa terjadi dimana saja dalam tubuh kita, bisa dari rambut, kulit, otak, paru-paru, di saluran cerna, di saluran kencing, di kuku dan juga tulang. Hal tersebut disampaikan oleh Dr. dr. I Ketut Agus Somia, SpPD, K-PTI, FINASIM dalam seminar singkat bertajuk “Penyakit Infeksi” pada perayaan HUT ke-27 PT Karya Pak Oles Group di Denpasar.

“Jadi tergantung sekarang kuman (mikroorganisme) itu bisa tidak dia mencapai organ tersebut, cocok tidak organ tersebut menjadi tempat berkembangbiaknya,” ujar  dr. Somia yang merupakan konsultan penyakit tropik dan infeksi.

Menurutnya, prinsip mikroorganisme tersebut sama juga dengan prinsip kita sebagai manusia yang ingin tubuh banyak, dia ingin punyak tempat banyak, dia ingin menguasai tempat tersebut dengan baik. Misalnya sama dengan kita menghirup udara, di dalam udara itu ada kuman atau bakteri yang namanya Streptococcus kemudian ia mencapai paru-paru.

Kemudian paru-paru ini menjadi tempat yang baik untuk perkembangan Streptococcus disana dia akan berkembang biak dengan baik dan berusaha menempati tempat tersebut sebanyak mungkin sehingga fungsi tempat itu akan terganggu dan timbulah gejala dan tanda penyakit.

Dr. Somia yang bertugas di Rumah Sakit Umum Pusat Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah mencontohkan, misalnya terjadi infeksi di saluran napas pasti menyebabkan batuk, dengan batuk itu kita sebenarnya  berusaha untuk mengeluarkan akibat daripada oleh kuman itu atau berusaha tubuh kita untuk mengeluarkan kuman tersebut.

“Sebenarnya batuk itu adalah mekanisme tubuh kita untuk memberi tahu bahwa sudah ada di paru-paru kita, disaluran napas kita dan tubuh kita berusaha untuk mengeluarkan mikrooranisme dan kerusakan yang tidak baik yang ada di saluran napas kita,” ujar dr. Somia yang juga bertugas di Rumah Sakit Kasih Ibu Denpasar.

Dijelaskan, tubuh kita pasti akan demam karena infeksi.Kenapa demam?, karena bakteri atau mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh kita akan dikenali oleh tubuh kita. “Oh ini sesuatu yang asing tidak benar”,  jadi ia akan mengeluarkan sinyal ke otak, di otak tersebut ada pusat pengendali suhu yang namanya hipotalamus, maka tubuh itu akan menaikan suhunya sehingga menyebabkan badan menjadi panas.

Sebetulnya panas tersebut ingin memberi sinyal kepada yang punya tubuh itu, ini ada sesuatu yang asing di dalam tubuh dan dia juga berusaha untuk menekan pertumbuhan daripada mikroorganisme di dalam tubuh.  “Jadi segala sesuatu itu rusak kalau dipanaskan, tubuh juga akan memanaskan tubuhnya untuk merusak mikroorganisme itu,” ujarnya.

Dr. dr. Somia yang didampingi moderator dr. Anak Agung Istri Tiari Laksmi menambahkan, kalau dokter menyikapi panas tubuh tersebut sebagai tanda bahwa ada sesuatu yang tidak benar didalam tubuh, misalnya itu disebabkan oleh infeksi.

Misalnya dia di saluran napas maka gejalnya adalah demam, batuk dan bersin. Bersin itu berusaha untuk mengeluarkan mikroorganisme dan kemudian berusaha untuk mengeluarkan kerusakan-kerusakan yang ada di saluran tersebut.

“Coba kita bersin dan saat itu sedang mengalami infeksi maka mikrooganisme tersebut akan keluar juga,” jelasnya. Disampaikan pula, saat bersin juga harus punya etika supaya tidak menulari orang lain. Ketika sedang bersin perlu menutup hidung pakai tisue dan dibuang di tempat yang infeksis, karena bersin atau batuk itu mengeluarkan kuman dari saluran napas atau paru-paru orang yang terinfeksi dan itu bisa ngambang di udara yang namanya herbon.

Atau bisa jatuh, saat batuk atau bersin partikel tersebut jatuh ke lantai, meja atau kaca, namun mikroorganisme terbut masih hidup. Kalau itu disentuh kemudian kita tidak mencuci tangan dan kita menggosok mata atau hidung, jadi bisa ketularan.

Jadi ketika orang batuk tersebut tidak boleh terbuka harus tertutup dan habis itu mencuci tangan, karena itu banyak partikel-partikel bakteri yang tidak kelihatan, dan itu jumlahnya tidak satu atau dua, sebab sekali batuk akan keluar miliaran bakteri.

Batuk atau bersin sembarangan menjadi resiko teman disebelah akan tertular cukup tinggi. “Maka dulu kenapa waktu terjadi wabah covid pemerintah menganjurkan jangan berkumpul dekat-dekat minimal jaga jarak satu meter, karena daya jangkauan mikroba itu bisa sampai satu meter. Kalau misalnya dia berat, herbon bisa sampai dua meter diterbangkan oleh angin,” jelasnya.

Dr. Somia menjelaskan, misalnya ada yang mengeluarkan kuman TBC dan ada orang yang menghirup dia bisa kena. “Jadi orang yang mengalami masalah infeksi harus segera diobati supaya keluhannya semakin mengecil dan hilang. Karena pencegahan paling baik adalah dengan mengobati,” tegasnya.linktr.ee/pakolescom

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini