Gede Ngurah Wididana (kiri depan) saat melakukan aksi bersih pantai di Mertasari Sanur bersama karyawan belum lama ini.

Oleh: Dr. Wididana *)

Sengaja saya tetapkan hari ulang tahun perusahaan saya, PT Karya Pak Oles Tokcer sebagai induk perusahaan dengan 12 anak perusahaan bersamaan dengan hari ulang tahun saya, dengan alasan agar mudah mengingatnya, dan juga agar hemat biaya. Dia mudah diingat karena ulang tahunnya sama, dan hemat biaya karena saya bisa nebeng merayakannya.

Tidak terasa umur saya sekarang 63 tahun, dan umur perusahaan saya 27 tahun. Artinya 42 persen dari waktu saya sudah dan sedang saya habiskan untuk berusaha menjalankan bisnis. Apakah saya capek? Tentu tidak, karena saya sangat menikmatinya, menikmati prosesnya, proses berkreasi menghasilkan produk barang dan jasa yang bisa memberikan kemudahan bagi konsumen, sehingga konsumen menjadi senang, terlayani dengan baik.

Mungkin alasan itu terlihat klise, teoritis, tapi itulah kenyataannya, saya sangat menikmati prosesnya, bukan hasilnya. Tapi kalau hasilnya baik, memberikan keuntungan, tentu saya sangat lebih menikmati lagi, lebih kreatif dan produktif. Jika hasilnya kurang baik atau mengecewakan, tidak menguntungkan, maka saya anggap itu pelajaran, sebagai bagian dari proses menjadi, menjadi lebih bagus, lebih berkualitas dan lebih berpengalaman lagi.

Pada awalnya saya adalah seorang peneliti dan dosen di sebuah universitas swasta di Jakarta, setelah berhasil menyelesaikan program master di University of The Ryukyus, Jepang. Setelah lima tahun (1990-1995) saya berusaha mengembangkan produk Teknologi EM (Effective Microorganisms) di Indonesia, atas amanat guru saya Prof. Dr. Teruo Higa , ternyata tugas yang diamanatkan tersebut berjalan sangat lambat, tidak sesuai harapan.

Salah satu sebabnya adalah karena saya bekerja belum maksimal, terlalu banyak tugas lain yang saya lakukan diluar Teknologi EM, dengan alasan untuk bekerja sebagai dosen. Terus terang, saat itu saya belum begitu yakin akan visi saya sendiri: mengembangkan Teknologi EM di indonesia. Sampai suatu saat saya putuskan saya berhenti menjadi dosen dan fokus untuk mengembangkan Teknologi EM di Indonesia.

Guru saya menatap kesungguhan niat saya dan merestuinya untuk menjalankan keputusan saya sendiri, “jalankan dengan sepenuh hati, Chan to Yatte kudasai” “Haik Gambarimasu,” kata saya dengan sikap hormat membungkuk gaya samurai. Istri saya mendukung keputusan saya untuk menjadi pengusaha, dan dia bersiap-siap mengencangkan ikat pinggang, membatasi pengeluaran, karena mulai bulan depan saya sudah berhenti mendapat gaji, tapi harus mulai menggaji orang.

Guru bisnis saya adalah ratusan buku bisnis, manajemen dan kepemimpinan yang ditulis oleh orang-orang hebat tingkat dunia, yang saya beli di toko buku, pameran buku, buku bekas dan foto kopi. Melalui buku-buku tersebut saya mengambil manfaatnya dan mempraktikkannya sesuai dengan pengembangan dan kreativitas saya sendiri.

Guru bisnis yang pertama kali saya temui adalah Bapak Muchsin Basri. Dia adalah seorang pendiri puluhan perusahaan yang berhasil dia jual lagi dengan harga mahal karena kelengkapan perijinan perusahaan yang dia urus sendiri. Saya banyak belajar tentang keberanian dan kegigihannya mendirikan perusahaan dan melengkapi perijinan perusahaan yang diperlukan.

Perusahaan yang dia dirikan bersama saya, PT. Songgolangit Persada, dan dia menjual perusahaan tersebut kepada saya pada tahun 1995, karena ijinnya sudah lengkap. Dia adalah seorang guru dan penjual perusahaan yang sempurna, walaupun dia adalah direktur utama berpuluh-puluh perusahaan jebolan Sekolah Guru Olah Raga.

Dia adalah Guru bisnis yang sangat saya hormati dan kagumi, karena keberaniannya mendirikan perusahaan, dengan sebuah kalimat kunci: “Ijazah itu tidak penting, yang penting berani memulai bisnis.” Kalimat kunci itulah yang menjadi mantra bisnis saya, saat saya memulai mendirikan usaha baru. Dengan mantra bisnis itu, saya mendirikan 12 perusahaan (yang sering saya lupa namanya dan alamatnya) tapi saya selalu ingat duitnya masih ada berapa dan untuk apa.

Perusahaan saya yang kedua adalah PT Karya Pak Oles Tokcer, yang mengkhususkan produknya pada obat tradisional ramuan Pak Oles dengan Teknologi EM. Produk pak Oles menjadi mudah terkenal karena unik dan otentik, yang menjadikan nama saya yang asli “Gede Ngurah Wididana” menjadi dilupakan, karena terlalu panjang dan susah menyebutnya, menjadi Pak Oles, nama sederhana dan merakyat, seperti nama Pak Kumis dan Pak Jenggot yang mudah diingat.

Pada awalnya, sepuluh tahun pertama (1997-2007) nama Pak Oles jika disebut membuat orang lain tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Dan sepuluh tahun selanjutnya nama tersebut tetap membuat orang lain tersenyum, tapi sambil manggut-manggut.

Nama Pak Oles menjadi semakin dikenal dan mudah diingat oleh masyarakat luas, karena sudah semakin melekat dengan nama produk, perusahaan, pribadi dan keluarga. Bahkan nama Pak Oles menjadi salam persahabatan dengan jawaban Pasti Tokcer, sambil mengepalkan tangan.

Karena banyak aktivitas sosial yang dilakukan perusahaan, nama Pak Oles menjadi semakin dikenal merakyat. Dengan produk yang berkualitas, harga terjangkau dan nama yang dikenal, maka penjualan dan keuntungan perusahaan menjadi meningkat. Selamat ulang tahun PT. Karya Pak Oles Tokcer ke 27. semoga semakin tokcer.linktr.ee/pakolescom

*) Direktur Utama PT Karya Pak Oles Group.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini