Akademisi Fakultas Pertanian Universitas Warmadewa (FP Unwar) menyebut konsep ‘green economy’ diyakini mampu membawa perubahan positif bagi sektor pertanian kopi di Bali. Dengan menerapkan praktik pertanian berkelanjutan, petani kopi tidak hanya dapat meningkatkan pendapatan, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan untuk generasi mendatang.
Menurut Dekan FP Unwar, Prof. Ir. Luh Suriati, M.Si, kopi Bali memiliki potensi yang sangat besar untuk menembus pasar internasional. “Dengan menerapkan konsep green economy, kita bisa menghasilkan kopi yang berkualitas dan berkelanjutan,” katanya pada acara sosialisasi dan pelatihan Penanganan Pascapanen Kopi di Desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, pada Senin (5/8/2024).
Kata Luh Suriati, dengan menerapkan praktik pertanian berkelanjutan, petani tidak hanya menjaga kelestarian lingkungan, tetapi juga meningkatkan kualitas kopi yang dihasilkan. Pengolahan kopi yang ramah lingkungan, seperti pemanfaatan limbah kopi sebagai pupuk organik dan penggunaan energi terbarukan akan memberi nilai tambah tersendiri.
“Konsep green economy ini sangat relevan dengan kondisi pertanian kopi di Bali. Dengan mengelola sumber daya alam secara bijaksana, kita bisa menghasilkan kopi berkualitas tinggi yang bernilai ekonomis tinggi pula,” ujarnya.
Lebih jauh Suriati mengatakan, konsep green economy memang terdengar besar dan kompleks, namun penerapannya bisa dimulai dari langkah-langkah kecil yang dilakukan oleh setiap petani kopi. Dua langkah awal yang sangat efektif adalah mengurangi penggunaan pestisida dan mengolah limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan kopi menjadi pakan ternak ataupun kompos.
Terkait hal itu, dirinya berharap petani di Desa Wanagiri menjadi leader dalam pengembangan konsep green economy dalam budidaya kopi. Apalagi Desa Wanagiri yang dikenal sebagai destinasi ekowisata memiliki beragam komoditi potensial yang perlu dikembangkan, salah satunya kopi.https://linktr.ee/em4