Dr. Wididana: Ingat Nasihat Guru, Lihat, Dengarkan Dan Berlatih

0
172
Dr. Wididana dalam aktivitas International Yoga Day di Villa IPSA di Desa Bengkel, Busungbiu, Buleleng.

Sebagai pemimpin organisasi, perusahaan dan keluarga, Dr. Wididana sangat banyak bergaul dengan orang-orang yang ingin belajar dan mengembangkan dirinya.

“Saya menjadi guru dan juga temannya di dunia nyata dan dunia maya. Orang-orang yang belajar dan berlatih tersebut ada yang berhasil (sukses) dan ada juga yang gagal,” kata Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr, Direktur Utama PT Karya Pak Oles Grup.

Sosok pria enerjik yang akrab disapa Pak Oles juga instruktur Yoga internasional dan pendiri Pak Oles Yoga Studio di Jalan Pendidikan Sidakarya No.66 X Denpasar.

Alumnus Program Pasca Sarjana (S-2) Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa, Jepang (1987-1990) menilai, tentu lebih banyak yang berhasilnya, dan mereka bisa berkembang menjadi guru atau pemimpin di dalam atau di luar organisasi yang ia kembangkan.

Mereka yang berhasil adalah mereka yang tekun, tulus dan shabar, atau  yang gagal, mereka lebih suka mencari jalan pintas, jalan cepat untuk sukses.

“Dalam pengalaman saya berusaha, jalan pintas sukses tidak saya temukan. Jalan sukses ibarat jalan yang menanjak gunung tebing berliku penuh batu. Hanya dengan kegigihan, komitmen dan usaha keras baru bisa dicapai,” ujar Dr. Wididana.

Ia menilai, sebaliknya usaha setengah hati, kurang sabar dan rajin mengeluh akan mempercepat kaki lumpuh dan jatuh ke bawah ke dasar tebing. Semuanya itu memang susah, tapi harus dilakukan. Kalau tidak, maka lebih baik murid tidur-tiduran di bawah pohon, menunggu uang jatuh dari pohon, sambil menghayal minum arak, siapa tahu ada benarnya.

Murid yang berhasil adalah dia yang belajar, berlatih, berlatih sesuai dengan apa yang diajarkan guru. Artinya, murid itu melihat, mendengar dan mempraktikkan ilmu yang diajarkan.

Di jaman sekarang, jaman instan, jaman suka kulit (mengutamakan penampilan daripada isi), banyak murid melihat (terlihat serius melihat, memperhatikan) tapi tidak mendengar.

Tidak mendengar artinya budeg, atau bongol. Apalagi kupingnya lebih sering tertutup earphone atau headset, instruksi guru tidak jelas didengar. Tidak mendengar berarti juga tidak fokus, cuek, atau masa bodo, tubuhnya di sini, pikirannya di sana.

Hasilnya, murid pasti salah arah, karena tidak mendengar. Tiga kata guru yang sering diucapkan adalah: ” lihatlah, dengarkan, berlatih”. Murid yang sering atau rajin melihat, jika tidak mendengarkan, pastilah dia salah atau malas berlatih.

Dr. Wididana teringat dengan pesan orang tua untuk mengajarnya disiplin, ” dengarkan nasihat guru, dengarkan pitutur orang tua.” Artinya, mendengarkan adalah kunci belajar. Tanpa mendengarkan pastilah murid kebingungan, mabuk, atau pura-pura mengerti, walau tersenyum mengangguk.

“Ilmu itu memang sulit dan mahal. Tapi jauh lebih sulit dan lebih mahal jika hidup tanpa ilmu. Begitulah mahalnya kebodohan, yang harus dibayar sangat mahal dan sia-sia,” kata Pak Oles.linktr.ee/pakolescom

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini