Ir. I Gusti Ketut Riksa (depan) mengamati seorang petani yang sedang membuat pupuk organik cair menggunakan EM4 untuk tanaman jeruk di kawasan Kintamani, Bangli.

Masalah air bersih yang menjadi kebutuhan setiap manusia dan makluk hidup menjadi kehawatiran berbagai pihak untuk kelangsungannya, sejalan dengan perkembangan waktu keberadaannya semakin langka.

Oleh sebab itu solusi dan jalan keluar fenomena tersebut harus dipikirkan sejak dini. Air di alam juga dapat terkontaminasi oleh banyak faktor antara lain hujan asam, limbah industri, limbah ternak/petanian, limbah comberan dan limbah rumah tangga.

“Dengan adanya teknologi Effective Microorganisms (EM) kehawatiran itu seyogyanya tidak perlu terjadi asalkan secara konsekwen teknologi ramah lingkungan dan berkelanjutan itu dilaksanakan secara serempak oleh seluruh masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan,” tutur Instruktur Effective Microorganisms4 (EM4) pada Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali, Ir. I Gusti Ketut Riksa yang telah berhasil mencetak ribuan petani organik berbasis teknologi EM dari berbagai daerah di Indonesia.

Ia juga staf Ahli PT Songgolangit Persada yang dibangun Direktur Utama perusahaan tersebut, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr yang juga agen tunggal memproduksi dan memasarkan EM4 pertanian, EM4 perikanan, EM4 peternakan, EM4 limbah toilet ke seluruh daerah di Indonesia yang mendapat lisensi dari EMRO Jepang.

Ia mengatakan, sekarang banyak orang yang terdiri para ahli, peneliti, menghubi dan menggunakan mikroba untuk melakukan aktivitasnya, sehingga makin lama mikroba menjadi semakin dikenal manfaatnnya yang sebelumnya tidak  terpikirkan.

Bahkan  menurut  penemu teknologi EM Prof. Dr. Teruo Higa dari Jepang, bahwa inti kekuatan EM terletak pada bakteri fotosynthetik. Ini berarti bahwa bakteri ini akan dapat menyelesaikan berbagai masalah diantaranya untuk mencegah pencemaran, menyuburkan tanah meningkatkan derajat kesehatan manusia dan lain-lain.

Sebagai salah satu contohnya ialah penggunaan teknologi EM pada tanaman padi sawah. Limbah air dari pertanian padi sawah yang telah menggunakan EM layaknya seperti air bersih, jernih yang dapat diminum, tanpa bau busuk dan tidak menyebabkan keracunan.

Hal itu dapat dilihat dari berkembangnya makro dan mikro invertebrata seperti cacing rambut, cacing tanah lainnya, berbagai moluska, lintah, kerang kerangan, udang-udangan, ketam dan berbagai jenis larfa.

Apabila kualitas air buruk, biota ini sulit hidupnya dapat dikatakan semakin banyak biota ini di sawah kualitas air semakin baik dan lahan pertanian semakin subur, sehingga semua pihak lebih semangat mengembangkan pertanian organik berbasis teknologi EM sekaligus melestarikan sumber air bersih. Harap Gusti Riksa.https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini