Sejumlah negara maju di belahan dunia seperti Jepang misalnya, membangun rumah sehat dengan mengggunakan teknolgi Effective Microorganisms 4 (EM4), guna mengantisipasi pencemaran lingkungan dan pengaruh lainnya yang mengganggu kenyamanan para penghuninya.
“Penggunaan teknologi ramah lingkungan, hemat energi, mudah, murah dan berkelanjutan dilakukan sejak penggalian fondasi dengan menuangkan EM aktif sehingga dasar rumah didominasi oleh mikroba antagonis (EM) agar tidak terlanjur dikuasai oleh Salmonella maupun E.coli,” kata Staf Ahli PT Songgolangit Persada. Ir. I Gusti Ketut Riksa.
Ia mengatakan, pemukiman/perumahan padat penduduk, yang hanya berjarak beberapa meter saja telah dibuat bak penampungan limbah (septik tank), sehingga tidak kecil kemungkinannya kedua jenis bakteri pathogin itu berkembang.
“Jika hal itu sampai terjadi tentu sangat sulit memberatas dan mengatasinya. Oleh sebab itu perlu diantisipasi sejak dini dengan membangun rumah sehat menggunakan teknologi EM, karena masyarakat Indonesia telah terbiasa menggunakan EM dalam berbagai aspek kehidupan,” harap Gusti Ketut Riksa, yang juga Instruktur EM pada Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali yang berhasil mencetak ribuan petani organik dari berbagai daerah di Indonesia.
Rumah yang ada sekarang disebut “sick housa syndrom”. Bukan itu saja, radikal bebas, maupun logam berat pun dapat ditekan oleh EM. Jika rumah sehat beserta septik tank sudah berhasil dibuat, tuangkan saja EM aktif ke kloset sedikitnya 0,5 liter setiap bulannya.
Mikroba EM akan menyebar di bawah tanah untuk mengurangi pencemaran dan lingkungan sekitarnya ikut terevitalisasi antara lain terhindar dari bau busuk, makanan tidak cepat basi, hewan peliharaan juga tidak berbau busuk, dan para penghuninya hidup dengan nyaman.
Bahkan masyarakat yang menderita epilepsi, setelah menempati rumah sehat dengan sentuhan teknologi EM secara berangsur-angsur membaik dan sehat kembali, tutur I Gusti Ketut Riksa.https://linktr.ee/em4