Manusia hidup di bumi berjalan tegak, maka dia disebut pithecanthropus erectus (kera berjalan tegak). Berjalan tegak itulah yang membedakan golongan kera (orang utan, gorilla, simpanse dan monyet) dengan manusia. Hal tersebut dikatakan oleh Dr. Wididana, seorang penekun yoga yang juga menjadi instruktur yoga International.
Pria yang akrab disapa Pak Oles menyebutkan, manusia bisa memiliki tulang belakang yang tegak, sedikit lengkungan tulang pinggang, dan tulang ekor yang pendek, sehingga dia memiliki organ tubuh bagian dalam dan otak yang sempurna, bisa menggunakan seluruh persendian tubuhnya pada bagian atas dan bawah tubuh dengan baik, sehingga tubuhnya sehat.
Manusia modern berjalan membungkuk (karena kerja di kantoran), lehernya ke depan, atau miring, dadanya menguncup, berdirinya tidak tegak, kakinya X atau O, lingkungan telapak kaki mengecil/datar, pinggangnya bengkok/bungkuk, sendi pergelangan kaki, lutut, panggul, siku dan bahu yang kaku. “Semuanya itu lebih banyak disebabkan oleh cara/gaya hidup, yang bisa mengakibatkan sakit atau nyeri pada tubuh,” tegas Dr. Wididana.
Sementara itu, Dr. Sumit Sharma dalam workshop Holistic Healing Yoga bersama Pak Oles Yoga and Wellness Institute mengajarkan teknik penyembuhan nyeri akibat gaya hidup yang salah. Teknik tersebut diajarkan melalui pemanasan dan asana yang benar. Teknik asana dilakukan dengan menggunakan berbagai alat yoga, seperti balok yoga, bantal, tongkat, tali, kursi dan tembok.
Tujuannya adalah bagaimana tubuh bagian bawah harus kokoh (stability), tegak lurus, sendi-sendi kaki yang kokoh, kemudian bagaimana tubuh bisa bergerak (movement), dan lentur (fleksibel). Teknik-teknik yang diajarkan terlihat sederhana, tapi cukup sulit dipraktikkan, karena latihan yoga yang dilakukan sebelumnya hanya menekankan kelenturan tubuh, bukan pada kekokohannya.
Perbaikan sikap tubuh agar tegak juga dilakukan dengan melatih dan membiasakan tubuh untuk berdiri, berjalan, duduk dan tidur dengan benar. Dengan teknik-teknik yang diajarkan, peserta merasakan manfaat dari hasilnya, seperti tubuh dan jalan menjadi lebih tegak, otot perut lebih kuat, dada lebih lebar, dan pernafasan lebih lega.
Dr. Wididana yang mendampingi Dr. Sumit Sharma dan menjadi translator (penerjemah bahasa) pada Workshop Holistic Healing Yoga 20 jam, selama tiga hari, (Jumat-Satu, 19-21 Juli 2024) di Pak Oles Yoga Studio, mengamati bahwa teknik holistic healing yoga sangat penting dilatih untuk masyarakat luas, khususnya mereka yang bekerja monoton kurang gerak.
Seperti pekerja kantor, pekerja di komputer, supir, anak sekolah yang terbiasa bungkuk karena belajar komputer atau smartphone, sehingga mereka segera sadar akan gaya hidupnya yang salah dan bisa memperbaikinya.
Peserta dan pelatih yoga juga penting mengikuti workshop Holistic healing yoga, agar tidak mengalami dan bisa menyembuhkan cedera pada otot, ligamen dan sendi akibat berlatih yoga.
Dengan teknik Holistic Healing yoga, nyeri akibat tulang bungkuk, bengkok, otot cedera bisa dinormakan, sehingga mereka yang bungkuk dan bengkok tersebut bisa kembali ke fitrahnya, menjadi Pithecanthropus erectus, manusia yang berjalan tegak, tidak bungkuk seperti saudara tuanya.https://linktr.ee/em4