Dr. Wididana: Karma Sebagai Teori Keberuntungan

0
145
Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr Direktur Utama PT. Karya Pak Oles Grup.

Begitu banyaknya teori tentang keberuntungan, seperti yang dijelaskan oleh Max Gunther dalam bukunya “Faktor Keberuntungan,” antara lain: Teori keacakan, teori kejiwaan, teori sinkronisasi, teori angka, teori takdir dan Tuhan, teori jimat, dan sebagainya.

“Terus terang saya menjadi pusing membaca banyak teori yang dijelaskan muter-muter, seperti penumpang taksi yang bingung diantar oleh sopir taksi yang kehilangan arah berkeliling kota metropolitan dan sopir taksinyanya tidak tahu peta kota,” tutur Direktur Utama PT Karya Pak Oles Grup, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr, sosok pria enerjik yang akrab disapa Pak Oles.

Alumnus Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa, Jepang (1987-1990) itu telah membaca habis buku yang tebalnya 216 halaman itu, untuk mencari sampai dimana kekuatan pengarangnya menjelaskan teori-teori rumit, dengan berbagai cerita dan data menarik tentang keberuntungan/nasib penjudi, kriminal, peneliti, pebisnis, korban pelecehan seks, dan lain-lain sebagai bumbu teori keberuntungan tersebut agar menarik dibaca.

Hanya dengan satu kata, puluhan teori keberuntungan dengan ribuan kata penjelasan tersebut diterangkan oleh kebijaksanaan dari timur, yaitu “karma”. Karma berarti bekal, sebagai bawaan, atau DNA, yang tertulis dalam kode genetika manusia, menjadi bakat, talenta, termasuk takdir, penyakit, nasib baik, nasib buruk dan mati sudah ada di sana.

Karma juga berarti bekerja, atau berkarya, melalui perkataan, pikiran dan perbuatan, yang memberikan hasil, menentukan keberuntungan atau ketidak- beruntungan seseorang, ujar Pak Oles yang sukses menjelaskan belasan perusahaan yang bernaung di bawah bendera PT Karya Pak Oles Grup.

Sekali lagi hanya dengan satu kata “karma,” yang saya istilahkan sebagai teori karma (agar lebih ilmiah dan serem), teori keberuntungan yang rumit dijelaskan dengan mudah.

Di dalam genetika manusia terdapat ribuan atau jutaan talenta/sifat, tergantung talenta mana yang dihidupkan atau dimatikan, atau disebut “on and of” dari sifat genetik.

Dr. Wididana yang juga alumnus Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar menjelaskan, satu talenta baik yang hidup akan menginduksi hidupnya talenta baik yang lain, begitu juga sebaliknya. Tuhan akan memberi talenta baru jika seseorang merawat dan menghargai talenta yang dimilikinya. Orang yang rajin pastilah mendapatkan kesempatan berhasil. Sebaliknya, orang malas selalu kehilangan kesempatan.

Karma sebagai bakat, haruslah dirawat dengan baik, agar karma baiknya dalam posisi on, sedang karma buruknya dalam posisi of. Dengan investasi bekerja dan berusaha tekun, karma baik lainnya akan tumbuh (on) mengikuti. Karma sebagai bekerja ikhlas, bekerja bukan karena pamrih atau karena materi/uang, yang sifatnya jangka pendek, maka bekerja untuk pelayanan, melayani, merupakan tujuan manusia bekerja untuk memberikan hasil kepada orang lain menjadi lebih baik. Dengan cara itulah keberuntungan atau kesialan bekerja.

Dalam bahasa mudahnya, karma adalah hukum tebar tuai, siapa yang menebar kebaikan/keburukan, maka dialah yang menuai kebaikan/keburukan. Keberuntungan akan diikuti oleh orang yang berbuat baik. Sedangkan kesialan diikuti oleh orang yang berbuat buruk, tutur salah seorang putra terbaik Bali yang juga instruktur yoga internasional.

Ilmu, pendidikan, pengamalan ilmu untuk kebaikan memberikan keberuntungan. Mereka yang selalu siaga, waspada, siap dan berani mengambil atau menciptakan peluang, akan beruntung. Mereka yang kurang ilmu, kurang pendidikan, kurang siap, ragu atau takut, akan menemui kesialan, atau kurang beruntung. Kira-kira begitulah teori karma dijelaskan dengan bahasa mudah, tidak pakai bertele-tele, tutur Pak Oles.linktr.ee/pakolescom

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini