Pupuk hayati Effective Microorganisms 4 (EM4) pertanian dapat diaktivasi (diaktifkan) terlebih dulu sebelum diaplikasikan terhadap berbagai jenis tanaman dengan cara menerapkan rumus 1:1:18 yakni satu liter EM, ditambah satu liter molase atau satu kilogram gula merah dan 18 liter air, ketiganya difermentasi dalam wadah tertutup selama lima hari.
“Dengan cara fermentasi itu mendapatkan EM4 aktif sebanyak 20 liter sehingga lebih luas lahan yang bisa dijangkau untuk pengaflikasikannya maupun untuk memfermentasi bahan organik menjadi pupuk padat, pupuk cair maupun festisida organik sentuhan EM,” kata Penyuluh Pertanian di Kalimantan Selatan, Rizali Anshar, SST, MM sekaligus pemilik channel youtube Penyuluh Pertanian Lapangan yang mempunyai lebih dari 50.000 pengikut.
Ia mengatakan hal itu pada Webinar Mikrobioma untuk belajar dan berbagi ilmu tentang mikroba dengan moderator Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr, Direktur Utama PT Songgolangit Persada (SLP) dengan peserta dari berbagai negara yang telah mengembangkan teknologi EM.
Dalam kertas kerja berjudul “Membuat tanaman subur, produksi melimpah dan berkualitas tanpa boros biaya”. Untuk itu harus mulai dengan akhir tujuan yang ingin dicapai. EM4 hasil aktivasi atau pengaktifan itu diharapkan seluruhnya sudah dimanfaatkan selama 30 hari, sebab setelah kurun waktu sebulan itu mikroba dalam EM aktif itu kekuatannya mulai melemah.
Ia memberikan tips dengan memanfaatkan EM4 akan dapat menekan biaya operasional usaha tani dan biaya yang dihemat itu menjadi keuntungan dalam usaha tani. Mengembangkan pertanian organik sentuhan teknologi EM dapat memberikan keuntungan lebih besar, karena menggunakan bahan pupuk dan pestisida ramah lingkungan dari bahan-bahan organik lingkungan sekitarnya yang difermentasi dengan EM mampu meningkatkan kesuburan dan produktivitas tanaman.
Sebaliknya biaya operasional bidang pertanian menurun, tanaman justru tambah subur sehingga keuntungan yang diperoleh bisa meningkat sehingga kesejahteraan petani meningkat, tutur Rizali Anshar.
Miliki tanaman cabai
Rizali Anshar mencontohkan dirinya memiliki lahan seluas 2.500 meter persegi (25 are) yang seluruhnya ditanami cabai yang perawatannya secara organik berbasis teknologi EM, dengan panen lima hari sekali dengan produksi 120-180 kg/panen. Ambil saja harga cabai rata-rata Rp40.000 per kg berarti hasilnya berkisar Rp4,8 juta-Rp7,2 juta/panen.
Biaya perawatan tanaman 70 persen habis untuk pengadaan pupuk dan pestisida, termasuk yang diungkapkan Prof. Teruo Higa biaya terbesar yang dikeluarkan orang di dunia untuk pengobatan dan perawatan kesehatan.
“Oleh sebab itu dalam webinar kali ini saya ingin bagi bagi pengalaman menciptakan tanaman yang subur, tanpa perlu boros biaya, dengan memanfaatkan teknologi EM4 atau mengenal namanya microorganisms,” ujar Rizali Anshar.https://linktr.ee/em4