Heru Winarto menunjukkan produk EM4 yang dipergunakan untuk merawat tanaman mentimun.

Heru Winarto sukses mengembangkan budidaya tanaman timun di Kecamatan Karang Delanggu, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Ia mengembangkan tanaman timun di hamparan lahan bekas tanaman padi yang terbengkalai.

Pria berusia 56 tahun tersebut mengatakan, awalnya mayoritas petani di daerahnya menanam padi, namun mengingat harga gabah dan beras yang tidak stabil akhirnya banyak yang beralih untuk menanam sayur mayur. “Kita mencoba memanfaatkan moment ini untuk mengembangkan pertanian yang dibutuhkan pasar dengan harga yang bagus,” ujarnya.

Dalam budidaya tanaman timun, sosok ayah dua orang anak ini mengatakan, awalnya membutuhkan cukup banyak waktu untuk membuat bedengan tempat menanam timun, mengingat bekas lahan padi yang dudah lama terbengkalai dan kering.

Proses mengolah lahan dari bekas sawah dibuat bedengan hingga siap tanam membutuhkan waktu sekitar tiga bulan. Ia menjelaskan dalam perawatan tanaman timun dari awal penamam menggunakann pupuk dasar NPK untuk stater awal, setelah itu baru melanjutkan perawatan tanaman menggunakan Effektive Microorganisme 4 (EM4) yang diproses menjadi EM5 dengan menambahkan molasses/gula, cuka dan alcohol.

EM5 merupakan kultur larutan yang berisi berbagai jenis jasad renik yang disemprot ke permukaan tanaman kemudian jasad renik tersebut akan memasuki jaringan tanaman. “Dengan EM5 membuat tanaman perakarannya menjadi lebih banyak dan kuat,” ujar Heru yang mengolah lahan pertanian seluas dua hektar.

Heru menyampaikan, disamping pertumbuhan tanaman timun yang cukup baik, diusia tanam berumur 17 hari sudah mulai mengeluarkan bunga. Selain itu dengan menggunakan EM4 masa panen lebih panjang dengan hasil buah timun yang cukup besar.

“Seumur-umur saya berkebun, baru pertama ini menghasilkan buah timun yang cukup besar dengan berat mencapai 1,1 Kg, dan saya menyakini itu semua pengaruh dari menggunakan produk EM5 yang dibuat dari EM4,” ujar Heru.

Ia mengungkapkan, meskipun buah timun yang diserap pasar biasanya dalam 1 kg berisi 3 namun yang berukuran besar juga cukup diminati pedagang terutama untuk acar, yaitu jenis awetan makanan yang pada prosesnya menggunakan cuka dan air garam untuk membuat cita rasa segar.

“Biasanya buah timun yang berukuran besar tidak kita panen, namun dibiarkan sampai menguning dan itu bisa dimanfaatkan menjadi bibit,” ujarnya. Heru merasa cukup gembira, karena tanaman timun yang ia budidaya masa panen bisa cukup panjang mencapai 65 hari dari normalnya 50 hari.

Selain menanam timun, Heru juga memanfaatkan lahan kosong disela-sela tanaman timun untuk menanam kemangi, ngengingat kebutuhan akan sayuran kemangi sangat dibutuhkan pasar. “Kebetulan pasar kemangi sangat terbuka, karena banyak warung lalapan yang sangat membutuhkan kemangi dalam jumlah banyak. Apalagi lahan tanaman tanahnya sangat gembur dan subur potensi untuk bercocok tanam tumpang sari,” ujarnya.https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini