Sebanyak 42 mahasiswa/i ditemani satu dosen Fakultas Farmasi Universitas Kristen Imanuel (UKRIM) Yogyakarta melakukan kunjungan ke Industri Obat Tradisional (IOT) PT Karya Pak Oles Tokcer (KOPT), sebuah perusahaan swasta nasional berbasis obat-obatan tradisional terbesar di Bali berlokasi di Jalan Tukad Balian, Kawasan Niti Mandala Renon, Denpasar, Kamis (20/6/24).
Siang itu, rombongan mahasiswa semester 2 dan 4 yang dipimpin dosen pendamping Apt. Didiek Hardiyanto diterima Kepala Bagian Pemastian Mutu plan 1 IOT KPOT, Apt Luh Ketut Budi Maitriani, S.Farm dan Inspektorat Pemastian Mutu Industri Obat Tradisional PT Karya Pak Oles Tokcer Dita Rizkiyanti, SSI. M.SI.
Mengawali materi, Budi Maitriani menjelaskan terkait cikal bakal terbentuknya PT Karya Pak Oles Tokcer sebuah perusahaan suasta Nasiolah yang bergerak dibidang herbal dengan menghasilkan puluhan produk yang berkhasiat dalam menjaga kesehatan.
Selain mendapat informasi yang cukup padat dan jelas, rombongan mahasiswa juga berkesempatan menyaksikan sekilas tayangan video dokumenter sejarah berdirinya IOT KPOT yang dirintis sejak tahun 1997 atau 27 tahun silam serta proses pembuatan obat tradisional dan produk kecantikan.
Didiek Hardiyanto menyampaikan terima kasih dan penghargaan atas kesempatan kunjungan para mahasiswanya ke Industri Obat Tradisional (IOT) PT Karya Pak Oles Tokcer (KPOT), untuk melihat dari dekat bagaimana proses menghasilkan produk obat yang bermutu, mempunyai khasiat mujarab untuk kesehatan masyarakat luas.
Mahasiswa mendapat kesempatan langsung untuk melihat dari dekat perusahaan Pak Oles dengan harapan mampu menserasikan antara teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan kenyataan praktek langsung di perusahaan.
Dengan cara itu para mahasiswa diharapkan mampu memunculkan inspirasi untuk memanfaatkan tanaman herbal berkhasiat obat-obatan di daerahnya masing-masing untuk membuat produk obat-obatan seperti halnya Produk Ramuan Pak Oles, “Kita lihat pendiri PT KPOT bukan orang farmasi namun bisa membuat produk farmasi, itu bisa memotivasi kalian yang orang farmasi untuk mengikuti jejaknya,” harap Hardiyanto.
Usaha yang dirintis oleh Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr, alumnus Faculty Agriculture Universitu of The Ryukyus Okinawa, Jepang berupa Minyak Oles Bokashi yang diracik dari berbagai jenis tanaman obat organik di atas hamparan seluas 6 hektar di Desa Bengkel, Busungbiu, Kabupaten Buleleng.
Obat tradisional yang dikembangkan sejak tahun 1997 merupakan warisan Pusaka Ramuan Dadong Bandung (nenek Pak Oles) Lengis Arak Nyuh, dari Desa Bengkel, daerah pesisir utara Pulau Bali, yang diproduksi secara modern dengan sentuhan teknologi EM yang dipelajarinya di negeri Sakura.
Minyak Oles Bokashi memiliki aroma khas hasil fermentasi perpaduan antara tradisional yang diterapkan Dadong Bandung dengan teknologi EM4 temuan Prof. Dr. Teruo Higa, guru besar Universitas Ryukyus, Okinawa, Jepang (tempat Pak Oles menyelesaikan program S-2) yang kini menjadikan Minyak Bokashi yang dimanfaatkan secara meluas di pasaran lokasl Bali, nasional maupun menembus berbagai negara di belahan dunia.
Bokashi, minyak herbal asli Bali untuk membantu meringankan pegal linu, meredakan bisul, gatal dan bengkak akibat gigitan serangga, sebagai campuran mandi rempah, guna mengurangi bau tidak sedap.
Budi Maitriani menjelaskan, Ramuan Pak Oles selain Minyak Oles Bokashi yang menjadi produk unggulan, juga Bokashi Care dengan tiga jenis varian, Balsem Bokashi, Minyak Tetes Bokashi, Madu Geruh Bokashi, Madu Rocky, Madu Resi, Madu Jamur, Masker Madu Hitam, Parem Lantik dan Krim Saribing.
Dalam kunjungan tersebut, rombongan mahasiswa juga diajak keliling untuk melihat dari dekat proses produksi hingga pengemasan berbagai jenis produk Ramuan Pak OLes didampingi Inspektorat Pemastian Mutu Industri Obat Tradisional PT Karya Pak Oles Tokcer Dita Rizkiyanti.linktr.ee/pakolescom