Mahasiswa/i Program Studi Diploma III Farmasi Sekolah Tinggi Kesehatan (Stikes) Salewangang Maros, Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan saat berkunjung ke Pak Oles.

Sebanyak 26 mahasiswa/i plus 4 orang dosen pembimbing Program Studi Diploma III Farmasi Sekolah Tinggi Kesehatan (Stikes) Salewangang Maros, Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan melakukan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke Pak Oles Green School (POGS) Bokashi Farm, salah satu unit industri Pak Oles di Jalan Waribang Kesiman, Denpasar Timur, Senin (4/6).

Pagi itu, kehadiran rombongan KKL yang bertujuan implementasi terhadap ilmu yang diterima mahasiswa di bangku kuliah untuk diterapkan dalam praktek kerja di lapangan.

Mahasiswa yang diantar langsung Ketua Program III Farmasi Stikes Salewangang, Apt. Fajrul Fhalaq Baso, S.Farm. M.Farm didampingi tiga dosen pembimbing untuk belajar memadukan antara teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan kenyataan praktek di dalam dunia kerja bidang industri.

“Kami ke sini bersama mahasiswa diploma III untuk belajar dalam bidang industri, Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) yang sudah diterapkan di Industri Obat Tradisional (IOT) PT Karya Pak Oles Tokcer (KPOT), sebuah perusahaan swasta nasional berbasis obat-obatan tradisional yang merupakan terbesar di Bali,” harap Apt.Fajrul Fhalaq Baso.

Pihaknya sengaja datang ke salah satu unit usaha industri Pak Oles di Bali sesuai visi dan misi program studi Sekolah Tinggi Kesehatan di Makassar, Sulawesi Selatan untuk menghasilkan lulusan terbaik, karena di Sulawesi Selatan perusahaan seperti hal itu masih sangat terbatas.

“Untuk itu kami melakukan salah satu terobosan dengan mengajak mahasiswa KKL ke Perusahaan Pak Oles di Bali, sekaligus memberikan pengalaman kepada mahasiswa terkait CPOTB yang sejak lama telah diterapkan perusahaan Pak Oles,” ujarnya.

Direktur Utama PT Karya Pak Oles Grup, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr yang akrab disapa Pak Oles mengelola puluhan perusaha yang menyediakan produk-produk organik yang menjangkau seluruh daerah di Indonesia dan mancanegara.

Dari sisi manajemen hal itu sangat menarik berkat pemasarannya menjangkau mancanegara sehingga paham betul tentang pengemasan pasar. Hal itu bisa menjadi tempat belajar yang baik bagi adik-adik mahasiswa secara brkesinambungan.

Apt. Fajrul Fhalaq Baso menjelaskan, mahasiswanya selama ini telah meneliti kandungan dan khasiat tanaman herbal (obat) dan dari kandungan itu dibuatkan formula dalam bentuk sabun dan lotion.

Mahasiswa juga meneliti tanaman obat dan membuat formulasi, mengidentifikasi dan hasilnya itu dibuatkan menjadi hak paten yang sederhana. Sedikitnya sudah ada empat produk yang sudah berhasil dipatenkan yakni daun kelor untuk mengatasi gizi kurang pada balita.

“Kami berharap semua mahasiwa yang KKL ke Bali dapat belajar dengan baik, mampu mengaplikasikan CPOTB dengan baik dan menyerap ilmu yang banyak dan bermanfaat bagi ilmu yang dipelajarinya,” ujar Apt. Fajrul Fhalaq Baso.

Sementara Manajer POGS, Koentjoro Adijanto pada kesempatan itu menjelaskan tentang teknologi Effective Microorganism (EM) dan produk-produk turunannya sehingga bisa belajar banyak tentang dunia industri di lapangan.

Direktur Utama PT Karya Pak Oles Tokcer, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr yang akrab disapa Pak Oles, adalah sosok pria enerjik yang dikenal sebagai pelopor pertanian organik. Alumnus Program Pasca sarjana (S-2) Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa, Jepang adalah satu-satunya mendapat rekomendasi dari Prof. Dr. Teruo Higa (Jepang) untuk membawa teknologi EM ke Indonesia tahun 1990 atau 34 tahun silam sekaligus memperkenalkan dan merintis usaha pertanian organik.

Teknologi yang mudah, murah, hemat energi, ramah lingkungan dan berkelanjutan itu dapat mempercepat proses penyediaan unsur hara dari bahan organik menjadi unsur yang siap diserap tanaman, sehingga tanaman cepat subur.

Dalam perkembangannya Pak Oles membangun pertanian perkotaan (urban farming) di kota Denpasar (POGS) dengan konsep pengembangan tanaman herbal berkhasiat obat-obatan.Tanah seluas 40 are (4.000 meter persegi) adalah milik seorang petani setempat yang dikerjasamakan untuk mengembangkan ratusan jenis tanaman herbal.

Di pusat pengembangan pertanian organik berbasis tanaman herbal masyarakat, khususnya pelajar, mahasiswa dari  elemen lainnya dari berbagai  daerah di Indonesia bisa belajar satu hari atau lebih tentang pertanian organik menggunakan teknologi Effective Microorganisms (EM4).linktr.ee/pakolescom

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini