Pertanian Organik Berbasis EM Penyakit Tanaman Mampu Dikendalikan

0
147
Hamparan tanaman bawang merah tumbuh subur di Subak Bengkel, Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan tumbuh subur dengan sentuhan EM4.

Instruktur Effective Microorganisme 4 (EM4) pada Institut Pengembangan sumber daya alam (IPSA) Bali, Ir. I Gusti Ketut Riksa menegaskan, pertanian organik berbasis Teknologi EM yang diterapkan pada 130 negara di belahan dunia menunjukkan serangan hama dan penyakit tanaman dapat dikendalikan dengan baik, tidak sampai mengakibatkan panen gagal total (puso).

“Hama dan penyakit tanaman intensitasnya dalam keadaan terkendali yakni pertanian organik tetap dapat berproduksi, sehingga petani tetap menikmati hasil,” kata Ir. Gusti Ketut Riksa yang juga staf Ahli PT Songgolangit Persada.

Ia mengatakan, pengembangan peranian organik berbasis teknologi EM mampu menjadikan tanah dan air sebagai berikut, tanah mengalami perubahan menjadi lebih gembur sehingga tidak menjadi “runoff” yakni air hujan yang mengalir di atas tanah pada musim penghujan.

Hal itu tidak terjadi erosi tanah pada bagian atas yang bersifat lebih subur, karena peresapan air hujan ke dalam tanah akan menjadi lebih baik.

Dengan demikian tanah menjadi memiliki kemampuan untuk memegang air lebih kuat, hal itu sangat penting pada saat bertanam di musim kemarau karena penggunaan air menjadi lebih hemat.

Gusti Ketut Riksa menjelaskan, pada saat dirinya  dipercaya menjabat kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Bangli, Bali pada zaman orde baru, mengikuti lomba intensifikasi khusus (Insus) jagung.

Lomba tersebut dilaksanakan pada musim kemarau. Banyak kabupaten/kota yang membatalkan lombanya akibat tanaman jagungnya mati kekeringan, namun jagung kami mampu bertahan hidup dan berbuah berkat menerapkan pertanian organik yang berbasis EM-4.

Tanaman jagung dipupuk menggunakan pupuk bokashi padat dan mengocornya dengan pupuk bokashi cair, tutur Gusti Ketut Riksa.

Cetak Ribuan Petani organik

IPSA Bali dibangun bertaraf internasional berkat didukung fasilitas kolam renang dan Villa IPSA untuk mendukung melancaran berbagai kegiatan nasional maupun internasional

IPSA Bali sejak dibangun tahun 1997, atau 27 tahun yang silam melatih pertanian organik berbasis EM dari berbagai daerah di Indonesia untuk nantinya bisa diterapkan di daerahnya masing-masing.

Peserta latihan pertanian organik berbasis EM dari berbagai daerah di Indonesia dan mancanegara, persyaratan minimal mengikuti kurikulum selama seminggu termasuk persiapan kedatangan dan keberangkatan pulang.

Materi latihan terdiri atas pelajaran teori dan praktik selama 3 hari di kelas, dan sisanya meliputi peninjuan lapangan, melihat dari dekat demplot panggunaan teknologi EM sambil berwisata.

“Bali sebagai daerah tujuan wisata utama di Indonesia, yakni setiap orang berangan-angan untuk bisa berkunjung ke Bali, sehingga kesempatan baik mengunjungi Pulau Dewata sekaligus dimanfaatkan untuk berwisata ibarat menyelam minum air,” tutur Gusti Ketut Riksa.

Sebelum Covid-19, menurut Kepala IPSA, Ketut Jadiasa. S.SOS peserta pelatihan yang bersertifikat mencapai 6.000 orang, belum lagi kunjugan sehari-hari untuk melihat koleksi tanaman obat yang dirawat dengan EM.

Pelatihan IPSA yang mencapai ribuan peserta terdiri atas 5.500 orang dari berbagai daerah di Indonesia dan 500 peserta dari Malaysia. tutur Gusti Ketut Riksa.https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini