Direktur Utama PT Karya Pak Oles Tokcer, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr saat memberi sambutan dalam peresmian perluasan gedung produksi IOT KPOT di Jalan Tukad Balian, Renon Denpasar.

Direktur Utama PT Karya Pak Oles Tokcer, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr mengatakan, bisa membangun gedung produksi Industri Obat Tradisional (IOT) di Jalan Tukad Balian, Renon Denpasar sejarahnya cukup panjang yaitu 20 tahun.

“Awalnya kita itu tidak punya pabrik, pabriknya ada di Desa Bengkel, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng disebuah ruangan kecil,” ujar pria yang biasa disapa Pak Oles. Selajutnya mulai membesar dengan membuat pabrik di Denpasar berlokasi di Jalan Waturenggong 3C No.29, dan ada beberapa orang yang jadi saksi sejarah, karena masih bergabung di Pak Oles.

Saat itu, di Desa Bengkel juga dikembangkan pabrik untuk memproduksi produk Minyak Oles Bokashi menggunakan gedung meditasi semberani (seimbang dan berani) dan sekarang gedung tersebut telah digunakan untuk memproduksi produksi Herbal Qi, (minuman menyegarkan dan menyehatkan badan).

“Gedung itu khusus membuat produk Minyak Oles Bokashi, itu 20 tahun yang lalu,” ujar pak oles dalam peresmian renovasi gedung Produksi Industri Obat Tradisional (IOT) PT Karya Pak Oles Tokcer (KPOT) di Tukad Balian Denpasar, Rabu (22/5).

Pak Oles menambahkan, pada saat itu belum ada Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) dan Industri Obat Tradisional (IOT), yang ada Produksi Industri Rumah Tangga (PIRT) kemudian berubah menjadi IKOT dan IOT dengan proses cukup panjang.

Pak Oles menceritakan, saat itu untuk kantor manajemen dan pemasaran Ramuan Pak Oles berlokasi di Jalan Pulau Komodo No.38 Denpasar itu juga hampir 20 tahun, dan disanalah produk Ramuan Pak Oles mulai dikenal masyarakat luas.

Saat itu juga mengembangkan sistem pemasaran multi level marketing, dimana merupakan sebuah alur pemasaran yang cukup cepat, sehingga bagian produksi harus menyiapkan produk cukup banyak, khususnya produk Minyak Oles Bokashi.

Melihat kebutuhan pasar semakin meningkat, Pak Oles bersama Direktur Perusahaan H Agus Urson, Kepala Produksi Ibu Lidyawati dan Sekretaris Perusahaan, Tri Suharti mencari-cari lokasi untuk membangun gedung produksi yang lebih luas, hingga akhirnya bertemua dengan Bapak Antik (almarhum), beliau ijinkan mengontrak tanahnya dan akhirnya di beli.

Jadilah gedung tersebut Industri Obat Tradisional (IOT) PT Karya Pak Oles Tokcer (KPOT), sebuah perusahaan swasta nasional berbasis obat-obatan tradisional merupakan terbesar di Bali.

Pak Oles menambahkan, saat ini IOT KPOT di Desa Bengkel juga memproduksi obat herbal khusus untuk cairan obat dalam (COD) dan di Denpasar khusus ada cairan untuk obat luar (COL) dengan menggunakan dua pabrik dilengkapi dua orang manajer produksi.

“Artinya pada saat itu kita belum memiliki suatu pabrik yang jelas, kenapa? kalau orang china bilang “sing ada pis” (tidak punya uang), karena itu merupakan investasi yang sangat besar membuat pabrik,” kata alumnus Program Pasca Sarjana (S-2) Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa, Jepang (1987-1990). Secara perlahan bisa dilakukan, apalagi saat bersamaan juga sedang membangun pabrik EM4 di Bojong Gede Bogor, di Denpasar, di Buleleng, di Tabanan dibawah naungan PT Songgolangit Persada (SLP).

“Diartikan proses tersebut secara bertahap membuat suatu bangunan besar, karena tempat di sebelah sudah tidak bisa dilanjutkan kontraknya, kita fokus untuk membangun, kalau tidak memiliki dapur kita tidak mungkin jualaan nasi goreng, kita harus memiliki dapur dan bangunan tersebut adalah dapurnya. Dapur itu pun kita sesuaikan dengan perijinan, tidak bisa sembarangan (awag-awagan) kalau sembarangan nanti menyalahi peraturan, menyalahi undang-undang bisa berurusan dengan polisi,” tegas Pak Oles.

Dihadapan karyawan yang hadir, Pak Oles menjelaskan, proses ini harus ada dana dari mana uangnya di lain pihak setelah Covid-19 ada tren penurunan, mungkin tidak merasakan, terjadi penurunan produksi, informasi berubah, penjualan berubah, pola pembeli berubah, tingkah laku orang berubah, dan lain sebagainya.

“Dengan ini juga kita mulai hidupkan digital marketing, kita harus mulai, kalau tidak kita itu lewat. Kita pelajari-pelajari, akhirnya ketemu dengan penjual yang disebut dengan Platform, ecomer, ada promosi, konsultan dan lain sebagainya sampailah kita membuat putuskan untuk membuat pabrik,” tutupnya.linktr.ee/pakolescom

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini