Kotoran ternak kambing merupakan limbah yang berasal dari sisa metabolisme ternak kambing. Kotorannya mengandung mikroorganisme, gas dan bahan organik lainnya yang dapat menjadi sumber penyakit pada ternak itu sendiri maupun manusia.
Melihat kondisi peternakan kambing di Sumurrejo masih kurang baik menyangkut penanganan limbahnya, karena dibiarkan begitu saja tanpa diolah dan dimanfaatkan, sehingga dikhawatirkan menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan sekitarnya.
Dengan kondisi tersebut, menurut Ana Aida Bekti (21), salah seorang mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponogoro (Undip) Semarang, Jawa Tengah, kotoran kambing memiliki kandungan yang sangat baik jika dilakukan pengolahan secara benar.
Oleh sebab itu pihaknya melakukan edukasi kepada warga guna meningkatkan pemanfaatan limbah kotoran kambing menjadi pupuk organik serbaguna yang diharapkan mampu membantu usaha atau membentuk usaha mikro kecil menengah (UMKM) bagi warga Sumurrejo.
Mengingat bahwa molase saat ini sulit didapatkan, sehingga menginformasikan kepada warga bahwa molase dapat digantikan dengan air gula pasir atau gula merah.
Pembuatan pupuk kotoran hewan dilakukan dengan cara menyiapkan bahan-bahan seperti kotoran kambing, Effective Microorganisms 4 (EM4), air gula merah atau gula pasir 1,25 mL dan air sekitar 1 liter.
Siapkan larutan starter sebagai bahan untuk menguraikan campuran pupuk kotoran hewan (kohe). Larutan starter berupa EM4, air dan air gula merah atau gula pasir. Campurkan larutan starter dengan kotoran kambing dan diaduk hingga merata, setelah tercampur merata masukan ke dalam tong/karung kemudian tutup rapat selama empat  minggu. Lakukan pembalikan pupuk setiap tiga kali dalam satu minggu untuk mempercepat proses fermentasi dan pupuk organik siap untuk digunakan. Seperti yang diulas web kkn.undip.ac.id.https://linktr.ee/em4