Instruktur Effective Microorganisms 4 (EM4) pada Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali, Ir. I Gusti Ketut Riksa menegaskan, pihaknya pernah mengagas menyuruh kepada rekan dan petani binaannya membuat lahan percontohan (demplot) tanaman padi dengan sentuhan EM.
“Demplot menggunakan tanaman padi henis IR-64 dengan dosis pemupukan dua ton pupuk organik padat Bokashi Kotaku per hektar ditaburkan sebelum tanaman padi dilakukan,” kata Ir. Gusti Ketut Riksa.
Ia mengatakan, demplot yang dibuat di Kabupten Gianyar, Kabupaten Bangli dan sejumlah subak di daerah lainnya di Bali merupakan metode penyuluhan pertanian di Bali dengan cara membuat lahan percontohan agar petani bisa melihat dan membuktikan terhadap objek yang didemontrasikan sebagai upaya mewujudkan ketahanan pangan.
Sistem demplot dalam bidang pertanian organik dengan sentuhan teknologi EM baru pertama kali dilakukan sebelum tahun 1997, atau 27 tahun yang silam. Dalam area demplot tanaman padi selain diberi pupuk organik padat juga diberikan pupuk organik cair berupa EM aktif.
Dalam luasan demplot satu hektar lahan diberi EM aktif dua liter yang diencerkan terlebih dulu dengan air menjadi 200 liter, diberikan setiap minggu bersamaan dengan air irigasi.
Gusti Ketut Riksa menambahkan, saat memberikan pupuk organik cair pengeluaran air sementara ditutup agar serapan EM aktif menjadi efektif (tidak terbuang). Pemasukan air berikutnya setelah air di sawah habis meresap ke tanah. Penggunaan air irigasi di sawah tersebut dilakukan secara “intermitten”.
Hal itu dilakukan karena ada saat-saat harus dikeringkan, maka pemberian air irigasi beserta pupuk cair hanya dilakukan sebanyak delapan kali selama hidupnya tanaman padi sekitar tiga bulan.
Dengan demikian penampilan tanaman padi sesaat sebelum panen sangat berbeda dengan tanaman padi di sebelahnya, padi demplot rumpunnya lebat/padat, malainya panjang-panjag dan bulirnja mentes, tutur Gusti Ketut Riksa.https://linktr.ee/em4