Fakultas Vokasi Ajari Warga Kelola Pakan Ternak Melalui IbM

0
43
Proses pembuatan pakan fermentasi menggunakan bioaktivator probiotik EM4 Peternakan.

Fakultas Vokasi UNAIR kembali mengadakan pengabdian masyarakat Iptek bagi Masyarakat (IbM) di Desa Selogabus, Kecamatan Parengan-Tuban.

Kegiatan ini juga merupakan pilar Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pengabdian. Pengmas IbM kali ini tidak hanya sekadar berbagi, namun juga bertukar pikiran dengan masyarakat.

“Kami dari Fakultas Vokasi yang tujuannya mendidik mahasiswa untuk siap kerja, bermaksud untuk saling berbagi pengalaman dan bertukar pikiran. Sifatnya tidak menggurui karena kami yakin Bapak-bapak dan Ibu-ibu disini pun memiliki pengalaman lebih,” tutur Retno Sri Wahjuni, MS., drh, selaku ketua panitia yang juga pernah meraih penghargaan Satya Lancana Karya Satya XX Presiden Republik Indonesia.

tim pengmas IbM memaparkan berbagai upaya pembuatan pakan lengkap herbal, pakan fermentasi, dan konsentrat. Dengan tambahan pengetahuan tentang biogas dan pengukuran bobot sapi.

“Kegiatan ini sangat penting adanya untuk pengembangan pengelolaan ternak. Mengingat kebutuhan daging yang terus meningkat. Maka perlu adanya upaya agar mampu swasembada pangan, khususnya disektor daging,” tutur Sukiman, Sekretaris Desa Selogabus.

Prof. Dr. Mirni Lamid, drh., MP., memberikan edukasi dan pengalaman terkait pakan ternak secara runtut kepada masyarakat. Masyarakat yang hadir berasal dari Desa Selogabus dan Margorejo, khususnya para peternak sapi. Sehingga kegiatan tidak hanya satu arah, melainkan terjadi interaksi dua arah.

“Pakan sapi itu penting. Pemberian pakan yang bagus akan membuat lembu tumbuh bagus pula. Apa yang dimakan akan tergambar pada bobot sapi,” jelas Prof. Mirni.

Dalam kesempatan ini, Prof. Mirni menuturkan bahwa di Indonesia memiliki dua periode musim, hujan dan panas. Ketika musim hujan, rumput dapat menjadi pakan utama. Berbeda dengan musim panas, ketika persediaan rumput terbatas. Maka diperlukan adanya alternatif, yaitu pakan berasal dari limbah pertanian seperti jerami padi, daun tebu, atau rontokan janggel jagung (slamper).

“Sapi akan berhenti makan ketika kenyang dan nutrisinya tercukupi. Misalnya, pemberian pakan jerami padi hanya akan membuat kenyang, namun nilai gizinya rendah. Pertambahan berat badan sapi hanya berkisar 0.1-0.2 kg” jelasnya.

Maka dari itu, Prof. Mirni mengajak masyarakat yang hadir untuk mengolah terlebih dahulu dengan cara amoniasi (penambahan urea) atau fermentasi menggunakan Probiotik EM4 Peternakan

Berbeda dengan pengmas lainnya, kali ini tim pengmas IbM tak segan untuk terjun langsung membantu pembuatan pakan fermentasi, pakan lengkap herbal, dan konsentrat. Pembuatan dilakukan secara gotong royong saling bahu membahu dengan masyarakat. Antusiasme masyarakat semakin meningkat ketika diberikan handuk gratis, sekaligus dapat membawa pulang pakan yang telah diolah. Tak hanya itu, setiap bulan terdapat monitoring untuk melihat perkembangan pada ternak sapi percontohan. Sehingga kegiatan tidak behenti pada penyuluhan, namun juga berkelanjutan. Seperti yang diulas web unair.ac.id (Siti Nur Umami).https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini