Malaysia melalui perusahaannya, ZenXin Agricultural Sdn Bhd, Jeff Tai Seng Thong mengembangkan Teknologi Drone untuk menyemprotkan Effective Microorganisms (EM) dari atas kebun sawit, dengan drone yang terbang mengangkut 18 liter larutan EM.
“Drone tersebut juga dilengkapi kamera canggih, Multi Spectra analisis yang mampu memberikan data chlorophyll/zat hijau daun tanaman, serta kesegaran tanaman setelah drone terbang mengitari perkebunan,” Tutur Direktur Utama PT Songgolangit Persada, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr yang kini sedang mengikuti Pertemuan Negara Kerjasama Asia Pacific Natural Agriculture Network (APNAN) ke-8 di Bangkok, Thailand selama tiga hari, 25-27 Maret 2024.
Peserta meeting tersebut sebanyak 46 peserta berasal dari 14 negara yang terdiri atas UAE, Vietnam, India, Rusia, Mongolia, Taiwan, Filipina, Malaysia, Indonesia, Kamboja, UK, Thailand, Bhutan, Myanmar yang disponsori oleh Effective Microorganisms Research Organization (EMRO).
Ia menjelaskan, dengan teknologi drone, biaya pemeliharaan tanaman kelapa sawit, penyemprotan, pemupukan melalui semprot daun, serta analisis kesuburan tanaman menjadi murah dan cepat.
Penyemprotan EM dilakukan pada pagi hari jam 08.00–10.00 dan sore hari jam 15.30-18.00 yang hanya membutuhkan waktu 10 s/d 20 menit untuk luasan lahan satu hektar dengan biaya 40 US dolar.
Penyemprotan EM memberikan dampak positif terhadap peningkatan jumlah klorofil tanaman, tandan buah, jumlah buah di atas sepuluh persen.
Pertumbuhan rumput di lahan menjadi lebih subur, sehingga hamparan lahan bisa terjaga dari bahaya banjir saat hujan deras. Dari atas drone bisa mengirimkan data-data dan letak tanaman yang sehat maupun tanaman yang sakit.
Penggunaan drone juga dilakukan untuk menyemprotkan kebun duren. Teknologi drone memiliki potensi bisa diterapkan untuk kebun kebun yang luas, seperti cengkeh, kopi, teh, padi, jagung. Untuk menyemprot EM, pupuk dan membasmi hama dan penyakit tanaman.
Guna mengoperasikan drone diperlukan operator yang memiliki sertifikat agar tidak terjadi kecelakaan atau kerusakan lainnya. Tinggal menunggu waktu, revolusi budidaya pertanian bisa dilakukan dengan biaya murah dan cepat dengan teknologi drone, tutur Dr. Wididana yang menghadiri pertemuan di Bangkok, Thailand bersama Nyonya Komang Dyah Setuti. SSn.,M.I. Kom serta putra bungsu yang sedang menyelesaikan Studi di Jepang, Ketut Pandu Kumara Wididana.https://linktr.ee/em4