Negara beriklim tropis seperti Indonesia, ketersediaan hijauan menjadi langka pada musim kemarau dan berlimpah pada musim penghujan. Fluktuasi ketersediaan hijaun pakan tersebut perlu diatasi dengan pengolahan dan pengawetan hijauan pakan.
Pengawetan pakan yang bisa dilakukan salah satunya dengan pembuatan silase. Silase merupakan teknologi pengolahan pakan segar dengan cara memfermentasi pakan dalam kondisi anaerob pada waktu tertentu.
Pembuatan silase bertujuan menampung kelebihan hijauan pakan, memanfaatkan hasil limbah dan ikutan pertanian, memperpanjang umur simpan pakan, dan bisa meningkatkan nutrien serta daya cerna pakan terutama pakan berserat, seperti yang ditulis Audina pada bangkaselatankab.go.id
Adapun cara pembuatan silase adalah dengan mengumpulkan bahan organik diantaranya, potongan rumput dengan ukuran 3-5 cm. Campurkan rumput secara merata dengan bahan pakan sumber
karbohidrat seperti dedak dengan konsentrasi 3% (3kg untuk 100 kg hijauan/limbah hasil pertanian), molases 1%, dan EM4 Peternakan 0,4%.
Semua bahan tersebut dimasukkan kedalam silo sambil di padat-padatkan dan bahan diisi melebihi permukaan silo. Silo ditutup menggunakan plastik, setelah 21 hari, fermentasi selesai dan siap diberikan kepada ternak.
Silase yang baik akan memiliki warna kuning kehijau-hijauan, berbau harum agak kemanis-manisan, tidak menggumpal, tidak berjamur, tidak berlendir, dan pH berskisar antara 4-4,5. Silase dengan pengolahan yang baik bisa bertahan 1-2 tahun tanpa banyak mengurangi kadar nutriennya.
Pada saat pengambilan silase, silase diambil secukupnya dan silo langsung ditutup kembali untuk mencegah silase rusak/busuk. Sebelum diberikan kepada ternak, silase harus diangin-anginkan terlebih dahulu. Pada ternak yang baru diberi silase, pemberian dilakukan secara bertahap. Pemberian silase maksimal 60% dari total hijauan sesuai berat badan sapi.https://linktr.ee/em4