Bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang populasinya cendrung semakin meningkat, tidak mengenal istilah habis. Hal itu berkat semua pihak bekerja keras, tekun, ulet dalam aktivitas kesehariannya, meskipun tergolong mampu tidak mau berpangku tangan. Ia selalu membantu orang lain dalam kesusahan.
“Bantuan itu ibarat menanam kesejahteraan untuk bisa dipanen kemudian hari. Ingatlah bahwa hidup di dunia ini selalu berlaku hukum alam, sebab-akibat, lama atau cepat hasil perbuatannya pasti akan dinikmati, orang Bali menyebut ‘Karma Phala’,”tutur Ir. Gusti Ketut Riksa, Instruktur Effective Microorganisms 4 (EM4) pada Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali.
Ia senantiasa melatih petani, kalangan generasi muda dan berbagai elemen masyarakat lainnya dari berbagai daerah di Indonesia yang tertarik menekuni dan mendalami tentang pertanian organik berbasis Effective Microorganisms 4 (EM4) untuk menghasilkan bahan pangan yang aman dan melimpah.
Filosofi itu ibarat seperti sinar matahari yang menyinari semua tempat di bumi mulai dari lereng perbukitan, jurang, lembah, semua daratan dan lautan,semuanya disinari tanpa pilih kasih. Enegi sinar matahari itu mampu menciptakan karbohidrat pada tanam-tanaman yang merupakan cikal bakal bahan pangan bagi segenap mahluk hidup di muka bumi.
Bahan pangan yang terbuat secara alami itulah patut dikagumi berkat rancangan alam ini benar-benar merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang tidak habis-habisnya untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk di muka bumi yang populasinya cenderung semakin meningkat.
Seorang spiritual terkemuka di Jepang bernama Mokichi Okada memperkenalkan syarat-syarat teknologi yang layak dikembangkan, yang dikenal dengan “Filosofi Mokichi Okada” dengan mengedepankan lima syarat utama.
Kelima syarat tersebut yakni, harus dapat dilaksanakan oleh semua orang, dapat meningkatkan kesehatan secara fisik maupun spiritual, menguntungkan produsen dan konsumen, mampu melestarikan lingkungan dan mencukupi kebutuhan pangan bagi penduduk di muka bumi.
“Prinsip inilah merupakan cikal bakal pertanian organik. Ilmu Effective Microorganisms (EM) malah menjangkau cakupan yang lebih luas lagi, bukan saja dibidang pertanian dalam arti luas, namun mencakup semua aspek kehidupan manusia seperti bidang industri, kesehatan dan lingkungan.
Kehidupan Harmonis-Serasi
Sementara itu Pakar dan Pelopor Pertanian Organik Indonesia, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr berpendapat, konsep memajukan pembangunan pertanian dengan eksploitasi alam sekarang sudah saatnya harus berubah, seiring dengan kesadaran dan pemahaman mencintai lingkungan, kesehatan dan hemat energi.
Perubahan konsep pembangunan pertanian itu bermuara untuk mewujudkan kehidupan yang harmonis, serasi dan hidup berdampingan satu sama lain, saling memberi dan kebahagiaan dalam lingkaran ekosistim yang sehat dan lestari.
Dr. Wididana, Direktur Utama PT Songgolangit Persada dan alumnus Program Pasca Sarjana (S-2) Faculty Agriculture University of The Ryuk Okinawa, Jepang (1987-1990) adalah agen tunggal untuk memproduksi dan memasarkan Effective Microorganisms 4 (EM4) pertanian, EM4 peternakan, EM4 perikanan dan EM4 limbah ke seluruh daerah di Indonesia yang mendapat lisensi dari EMRO Jepang menekankan, manusia sebagai salah satu komponen makluk hidup dalam ekosistem itu sangat bijaksana, otaknya terus berpikir untuk berkreasi agar bisa selamat dari kepunahan bangsanya.
Upaya itu dilakukan dengan kembali mencintai alam, dirinya sendiri, mencintai sesamanya, saling berbagi, membuang egonya, bukan sebagai mahluk yang paling berkuasa di muka bumi, sehingga dia bisa mengeksploitasi alam untuk menghasilkan bahan pangan, dengan tetap menjaga dan memelihara lingkungan alam sekitarnya yang lestari.
Hal itu penting, karena sektor pertanian menjadi usus kehidupan manusia, karena tanpa usus yang terisi oleh makanan, manusia mati kelaparan dan punah. Dari usus yang sehat, kuat, penuh berisi makanan bergizi, manusia menjadi sehat, damai dan sejahtera,” tutur Dr. Wididana yang sukses mengembangkan pertanian organik berbasis tanaman herbal berkhasiat obat seluas tujuh hektar di Bengkel, Buleleng sebagai bahan baku memproduksi obat-obatan tradisional.
Sejarah perang dan penjajahan di atas bumi berawal dari perebutan sumber daya alam, salah satunya adalah perebutan bahan makanan, melalui penjajahan. Perebutan dan perluasan lahan untuk pertanian, perkebunan, dan eksploitasi sumber daya manusia, dengan kerja paksa untuk menanam tanaman tertentu, serta membuat agar petani tetap miskin, guna mendapatkan buruh dengan ongkos murah.
Sejarah penjajahan tersebut berlangsung sampai sekarang, jejaknya dalam bentuk penjajahan baru, dengan menguasai perkebunan, hutan, pertanian luas oleh perusahaan multi nasional di negara-negara miskin, untuk memproduksi bahan pangan,seperti jagung, kentang, kedelai, gandum, kelapa sawit, karet, dan kapas di berbagai negara.
Untuk mengembalikan kesuburan lahan pertanian sekaligus mempertahankan keberadaan organisasi pengairan tradisional dalam bidang pertanian dengan merubah pertanian kimia menjadi pertanian organik organik, ramah lingkungan berbasis teknologi EM.
Dengan teknologi yang mudah dan murah itu petani dapat membuat pupuk bokashi dalam jumlah besar dengan biaya murah dan proses yang cepat memanfaatkan sentuhan teknologi EM.
Upaya tersebut dapat mempercepat revitalisasi kesuburan lahan sawah. Pengalaman membuktikan pemupukan dengan bokashi 10 ton perhektar dengan biaya relatif murah, pasca tiga kali tanam padi, pematang sawah sudah harus dinaikkan karena di lahan olah tanahnya mengembang dan gembur.
Kandungan bahan organik dan rongga udara tanah meningkat sekitar 50 persen dari volume tanah total. Volume sebesar 50 persen itulah sebagai ruang udara dan ruang air. Akar tanaman beserta biota tanah bisa bernafas dan hidup lebih baik, tanah lebih banyak memegang air. Semakin banyak tersedia bahan organik untuk didekomposisi biota tanah semakin banyak pula kandungan nutrisi tanah dan tanah menjadi lebih kuat dan lebih banyak dapat memegang air.
Petani agar mampu membuat pupuk organik dengan volume besar di lahan milik garapannya dengan menggunakan limbah-limbah organik, limbah pertanian yang difermentasi dengan EM dan dalam jangka waktu tiga minggu sudah bisa dipanen dan diaflikasikan ke tanaman.
Pemupukan dengan Bokashi dapat meningkatkan kandungan bahan organik, meningkatkan jumlah dan jenis mikroba dalam tanah. Semua persyaratan untuk hidup sehat terpenuhi dengan menggunakan pupuk bokashi sehingga alam semesta terus mengalami revitalisasi. “Tuhan Yang maha Pencipta senantiasa memberikan sekecil apapun upaya manusia untuk melestarikan alam,” ujar Gusti Ketut Riksa.https://linktr.ee/em4