Kalangan universitas dan perguruan tinggi di Indonesia banyak melakukan penelitian dan kajian terhadap pupuk hayati Effective Microorganisms 4 (EM4) pertanian, EM4 perikanan, EM4 peternakan, EM4 limbah dan Minyak Rajas untuk hewan peliharaan.
Penerapan di lapangan, pupuk organik berbasis teknologi EM4 untuk berbagai aspek kehidupan dinilai masih sangat ketinggalan dibandingkan sejumlah negara lainnya yang sudah maju pesat untuk proyek-proyek pemerintah skala besar dengan teknologi ramah lingkungan dan berkelanjutan.
“Prof. Dr. Teruo Higa, guru besar bidang hortikultura University of The Ryukyus Okinawa, Jepang menemukan teknologi EM tahun 1980 atau 44 tahun silam, namun kita masih sangat ketinggalan dalam penerapannya dibandingkan sejumlah negara lainnya,” kata Instruktur EM pada Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali, Ir. I Gusti Ketut Riksa.
Gede Ngurah Wididana, sosok pria enerjik yang mempunyai pandangan jauh ke depan setelah menyelesaikan pendidikan Program Pasca Sarjana (S-2) di Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa, Jepang (1987-1990) pulang ke Tanah Air dengan mengantongi sertifikat EM sekaligus membawa lisensi untuk mendirikan pabrik EM di Indonesia.
Kondisi saat itu atau 34 tahun silam tidak memungkinkan mengembangkan teknologi baru tanpa memiliki pabrik. Setelah pabrik EM pertama didirikan di Bojong Gede, Bogor, Jawa Barat dan berproduksi dengan baik dan lancar.
Kegiatan pengembangan teknologi yang mudah, murah, hemat energi, ramah lingkungan dan berkelanjutan itu diawali dengan pengenalan teknologi dan formula EM, membuat proyek percontohan (denplot), mengadakan diskusi melibatkan berbagai kalangan, menberikan pelatihan dan penyuluhan kepada para petani dan masyarakat luas.
Gusti Ketut Riksa yang juga Staf Ahli PT Songgolangit Persada (SLP) menjelaskan, PT Songgolangit Persada didirikan oleh Direktur Utama Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr merupakan satu-satunya di Indonesia sebagai agen tunggal yang memproduksi dan memasarkan pupuk hayati EM4 mendapat lisensi dari EM Research Organization (EMRO) Jepang.
Pabrik EM awalnya hanya satu unit didirikan di Bojong Gede, Jawa Barat kini berkembang menjadi empat unit pabrik yang terdiri atas dua unit di Jawa Barat dan dua unit lagi di Bali. Keempat pabrik kini juga sudah mengalami perluasan untuk meningkatkan kemampuan kafasitas produksi mengantisipasi meningkatnya permintaan pupuk organik.
Selain itu, juga mempunyai pabrik pupuk organik padat Bokashi Kotaku dan Tanah Subur Pak Oles di Desa Bantas, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan yang diproduksi dari bahan baku limbah organik, sampah organik dan kotoran sapi difermentasi dengan teknologi EM yang dapat menyuburkan tanah dan mudah diserap oleh semua akar jenis tanaman pertanian, hortikultura dan perkebunan.
Pupuk organik Bokashi Kotaku sudah dikenal dan dimanfaatkan kalangan petani dan masyarakat secara meluas. Berbagai produk turunan dari EM telah diterima dan dimanfaatkan masyarakat yang menyenangi produk organik seperti Minyak Oles Bokashi, produk madu, kopi, teh herbal, masker untuk kecantikan dan produk Ramuan Pak Oles lainnya.
Semakin Tertarik
Gusti Ketut Riksa selesai melatih seorang petani organik, Semuel Achitopel Fahik bersama istrinya Nyonya Dies Susianawati dari Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT) baru-baru ini mengungkapkan, sejumlah negara maju seperti Jepang, Korea dan Thailand telah memanfaaatkan EM untuk menjernihkan air laut maupun limbah kota.
Dengan semakin banyaknya petani dan masyarakat tertarik mengembangkan pertanian organik berbasis EM, kedepan diharapkan Indonesia mampu menerapkan EM dalam semua aspek kehidupan, sekaligus mengejar ketertinggalan selama ini, mengingat aplikasinya sangat mudah dan murah serta berkelanjutan.
Sementara teori tentang EM dinilai sangat sulit sehingga lebih banyak orang senang mendengarkan tentang informasi atau recaman pandang dengar (video) di media sosial (medsos) maupun youtube tanpa mengetahui secara jelas latar belakang ilmunya.
“Kalau mengenal EM secara lebih mendalam akan semakin tertarik untuk menerapkan pertanian organik, yang prosesnya sama dengan dikerjakan oleh alam, sehingga mampu melestarikan bumi dengan teknologi EM,” harap Gusti Riksa.
Pertahankan Data Ilmiah
Sementera Dr. Wididana menegaskan, pihaknya mempertahankan atau kompilasi data ilmiah dari keempat jenis produk EM dan mencari lebih banyak lagi hubungan untuk memasarkan di wilayah Indonesia Timur, terutama Sulawesi dan Papua.
EM4 perikanan dinilai masih perlu didukung informasi dan data untuk menjadikan probiotik perikanan dimanfaatkan secara massal masyarakat luas di Indonesia untuk usaha budidaya perikanan air tawar dan udang.
Untuk itu pemanfaatan EM4 perikanan lebih dipromosikan atau diviralkan melalui media sosial agar masyarakat luas memanfaatkan probiotik untuk mendukung usaha budidaya perikanan air tawar dan udang dengan membeli probiotik ke toko pertanian atau secara online.
Demikian pula lebih mengintensifkan langkah pembinaan kepada generasi muda atau kalangan milenial agar sedapat mungkin mampu melanjutkan informasi dan melengkapi EM4 perikanan dengan informasi dan data ilmiah serta usaha pemasaran melengkapi dengan tenaga asisten.
Dengan demikian EM4 mendukung pengembangan pertanian organik di Indonesia, bisa ikut tender pengadaan sarana produksi pertanian proyek-proyek pemerintah, harap Dr. Wididana.https://linktr.ee/em4