Hasil pertanian organik berbasis Teknologi Effective Microorganisms 4 (EM4) yang dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari mampu menciptakan kekebalaan dalam tubuh, berkat tanaman itu mengandung “polyfenol” atau yang disebut fenolat.
“Fenolat itulah mampu memberikan kekebalan terhadap tubuh manusia menjadi prima. Tanaman yang disemprot dengan racun kimia tidak membentuk fenolat, sehingga tanaman organik lebih unggul, handal dan sehat,” kata Staf Ahli PT Songgolangit Persada, Ir. I Gusti Ketut Riksa.
Ia yang juga instruktur Effective Microorganisms 4 (EM4) untuk pertanian organik pada Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali mengharapkan kepada masyarakat luas untuk kembali mengkonsumsi hasil pertanian organik atau hasil skala rumah tangga, meskipun sedikit, namun sehat dan nikmat.
Demikian pula kembali memanfaatkan pasar-pasar tradisioal untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari, karena buah-buahan dan sayur yang dijual dalam kondisi segar sebagai hasil produk setempat.
Para petani kurang mampu, kecil kemungkinan menggunakan zat pengawet atau pewarna kimia agar hasilnya tahan lama seperti bahan pangan yang dijual di supermarket berupa makanan siap saji atau buah-buahan impor produk luar negeri.
Buah impor tersebut sejak panen hingga dipajangkan di supermarker memerlukan waktu cukup lama, meski tampilan tetap tampak segar.
Gusti Ketut Riksa menyarankan masyarakat mulai kembali berbelanja di pasar-psar tadisional, karena buah dan sayur yang dijual merupakan produk lokal yang telah beradaptasi dengan tanah dan iklim setempat.
Dengan demikian jika dikonsumsi kandungan nutrisinya tidak asing bagi tubuh manusia. Produk lokal dengan varietas unggulan yang lokal sangat sesuai untuk konsumsi masyarakat setempat.
Produk pertanian tersebut tidak akan menimbulkan alergi karena tidak ada asupan zat asing yang masuk ke dalam organ tubuh, ujar Gusti Ketut Riksa.
EM merupakan teknologi penyuburan tanah dengan menyiramkan larutan EM ke dalam tanah, memberikan pupuk fermentasi bahan organik (bokashi), yang bertujuan untuk meningkatkan populasi mikroorganisme yang menguntungkan di dalam tanah.
Teknologi EM pertama kali ditemukan oleh Prof. Dr. Teruo Higa, dari Univerity of The Ryukyus, Okinawa, Jepang, pada tahun 1980. Kini telah berkembang dan diterapkan di ratusan negara di belahan dunia.
Penambahan mikroorganisme yang menguntungkan, dari jenis lactobacillus, ragi, bakteri fotosintetik, mikoriza, rhizobium, bakteri pelarut fosfat, dan lain-lain sangat bermanfaat untuk membantu mikroorganisme asli (indigenus) di dalam tanah, sehingga mikroorganisme yang menguntungkan bisa tumbuh populasinya menjadi dominan.
Upaya tersebut mampu memberikan manfaat yang baik bagi tanaman, pertumbuhan dan kesehatannya bagus, serta produksinya yang maksimal, kata Gusti Riksa.https://linktr.ee/em4